Hidayatullah.com–Ratusan aktivis yang tergabung dalam Komunitas Nahimunkar Solo (Konas) meminta Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), meninjau ulang keberadaan Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Polri.
Alasannya, Densus 88 selama ini telah banyak menembak mati orang tanpa adanya keputusan pengadilan. Menurut para aktivis, tercatat ada 118 orang ditembak mati tanpa ada putusan pengadilan yang jelas, dan peristiwa terakhir menimpa Siyono, warga Muhammadiyah yang meninggal dunia dalam keadaan luka-luka bekas penyiksaan.
“Karena merupakan pelanggaran berat Hak Azasi manusia (HAM), sehingga tidak ada pilihan lain kecualai membubarkan Densus 88,” jelas Koordinator Lapangan (Korlap) aksi Konas, Abu Daud dalam rilisnya.
Menurut Abu Daud, desakan pembubaran dilandasi keinginan untuk melindungi seluruh bangsa Indonesia. Ketika Densus 88 menangkap seseorang, dalam kurun waktu 7 X 24 jam, sering disertai dengan tindak kekerasan berupa penganiayaan serta tekanan fisik dan psikhis yang mengakibatkan luka ringan, berat, luka permanen ataupun trauma.
Aksi berlangsung Selasa (15/03/2016) pukul 14.00 di Bundaran Gladag Solo.
Orasi dilanjutkan acara pembacaan surat tuntutan kepada presiden Jokowi dibacakan oleh Surowijoyo tentang 11 fakta tentang densus 88.
11 pertimbangan itu menurut Konas,; Densus 88 disponsori dan dilatih negara Barat untuk kepentingan Amerika dan Australia dalam memerangi aktivis muslim dan gerakan Islam di Indonesia.
Target operasi Densus 88 sebagian besar adalah ulama dan aktivis masjid, Densus 88 mengabaikan asa praduga tak bersalah, Densus sering menembak mati seseorang yang statusnya baru terduga, tanpa adanya putusan pengadilan. Korban yang ditembak mati sering salah sasaran, sama sekali tidak terkait dengan kasus terorisme.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selain itu, Densus 88 dinilai sering salah tangkap seseorang yang akhirnya dipulangkan tanpa ada permintaan maaf, rehabilitasi maupun kompensasi.
Acara yang dihadiri sekitar 700 an orang ini ditutup doa oleh Mas’ud Izzul Mujahid dan berangsur bubar dengan tertib. Tampak Kapolresta Surakarta Kombespol Akhmad Lutfi, SH dalam pengamanan di Bundaran Gladak besarta pengamanan dari jajaran TNI.*