Hidayatullah.com—Sekretaris Jenderal Antonio Guterres hari Senin (13/2/2017) menyatakan keyakinannya bahwa mantan PM Palestina Salam Fayyad orang yang tepat untuk menjadi utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam urusan Libya, menyusul keberatan dari Amerika Serikat.
Dubes AS untuk PBB Nikki Haley menyatakan kekecewaannya atas pilihan Guterres, dengan mengatakan bahwa PBB sudah terlalu lama “bertindak cenderung membela Palestina dan merugikan sekutu kami Israel.”
Menanggapi hal itu, dalam sebuah konferensi tingkat tinggi di Dubai Guterres berkata, “Adalah kerugian bagian proses perdamaian Libya dan bagi rakyat Libya bahwa saya tidak bisa menunjuknya.
“Menurut saya tidak ada alasan valid untuk menghindari seseorang yang sangat kompeten melakukan pekerjaan yang sangat penting sekali,” tegas Guterres seperti dikutip Reuters, seraya menambahkan bahwa konflik Libya merupakan “urusan semua orang.”
Tidak jelas apakah keberatan Amerika Serikat itu akan mengakhiri pencalonan Fayyad. Guterres menolak memberikan komentar ketika didekati wartawan Reuters usai pernyataannya tersebut.
Guterres membantah tuduhan yang menuding PBB bias dalam isu Palestina-Israel dan mengatakan organisasi itu setia pada piagam pendiriannya.
“PBB perlu bisa bertindak secara imparsial dalam semua keadaan dan tidak bisa bias demi membela siapapun,” ujarnya.
Guterres juga mengatakan bahwa PBB akan menjalin hubungan dengan Presiden AS Donald Trump sama seperti dengan pemerintahan-pemerintahan lain.
Trump pernah mengkritik PBB sebagai sebuah “klub orang yang berkumpul, bicara dan menghabiskan waktu bersama,” sementara seorang jubir Trump mengatakan pemerintahannya akan “menuntut PBB melakukan reformasi dan perubahan.*