Hidayatullah.com–Para aktivis, jurnalis dan serikat dagang
mendesak agar berbagai komunitas di seluruh penjuru Inggris melawan
Islamofobia yang disebutnya sebagai “bentuk rasisme yang diterima
secara sosial” oleh masyarakat.
Seperti dilansir Morning Star, dalam konferensi “Stop Islamophobia”
yang digelar Sabtu lalu, para pembicara menyoroti hubungan antara
serangan terhadap muslim yang terjadi setiap hari yang didukung oleh
kelompok politik arus besar dengan kampanye “war on teror” yang
dilakukan oleh media.
Menurut peserta konferensi yang didukung oleh sejumlah organisasi
termasuk Stop The War Coalition, British Muslim Initiative dan Unite
itu, merebaknya paranoia atas Islam dan menjamurnya English Defence
League bukanlah sebuah kebetulan belaka.
Tokoh politik muslim Salma Yaqoob mengatakan, sikap Islamofobi tidak
hanya terdapat di partai-partai berhaluan kanan-jauh seperti BNP dan
Ukip, tapi juga meluas ke ranah arus besar politik.
“Mengejutkan, sebuah negara seperti Swiss yang kita anggap netral dan
progresif begitu paranoid sehingga melarang pembangunan masjid dengan
menara, meskipun di negara itu hanya baru ada empat buah saja,” katanya.
Seumas Milne yang merupakan seorang jurnalis mengatakan, “politisi
kulit putih di Eropa mendikte kaum perempuan pakaian apa yang harus
mereka kenakan dengan alasan nilai-nilai kebebasan dan liberal.” Hal
itu sesungguhnya merupakan pengulangan apa yang dilakukan oleh bangsa
ketika dulu Inggris dan Perancis menjajah Afrika Utara.
“Mereka berusaha untuk melarang hijab dengan alasan kemajuan dan
kebebasan, padahal sebenarnya atas nama penjajahan dan penindasan,”
katanya.
“Dalam inkarnasi Islamophobia moderen, itu merupakan akibat langsung
dan merupakan ideologi yang mendukung perang imperialisme moderen,
penjajahan dan intervensi,” tegas Milne.
Moazzam Begg, sebagai seorang mantan tahanan Guantanamo dan korban
serangan brutal atas muslim, menggambarkan betapa Islamofobia
menyebabkan muslim mendapat perlakukan yang tidak adil, dipenjara tanpa
disidang, dan dilecehkan oleh petugas intel. Serta menjadi korban dari
peraturan perundangan anti-teror, kebijakan dan ide-ide lain yang belum
pernah ada sebelumnya.
Anggota parlemen dari Partai Buruh, James Corbyn, menenkankan perlunya
menyoroti kaitan antara perang imperialis, peningkatan jumlah pencari
suaka dari negera konflik, resesi dan meningkatnya sikap-sikap fasis.
“Ini adalah masalah identitas, budaya, ras, dan juga tentang
solidaritas kelompok, untuk melindungi pelayanan, dunia kerja dan
masyarakat kita dari hal-hal yang akan memecahbelahnya,” kata
Corbyn.[di/ms/hidayatullah.com]