Hidayatullah.com–Dalam serangkaian pertunjukan drama di luar Damaskus menampilkan rumah-rumah yang terbuat dari tanah, kurma, dan unta dengan aktor berjubah, titik balik bagi kebangkitan industri film negara itu.
Sama seperti di sektor ekonomi lainnya di Suriah, industri perfilman dan penyiaran sangat terpengaruh oleh konflik berkepanjangan yang menewaskan jutaan orang dan memaksa jutaan orang lainnya menjadi pengungsi.
Sejak itu, setiap seri film atau drama yang diproduksi oleh produksi Suriah selama perang, telah berkurang di pasar negara-negara Teluk dan negara-negara lain, yang telah menjadi pasar utama Suriah.
Aktor dan sutradara banyak pindah ke luar negeri. Sementara studio rekaman juga sepi.
Namun, begitu konflik di sekitar Damaskus berakhir tahun lalu, industri pembuatan film dan penyiaran Suriah mulai hidup.
Ziad Al-Rayes, Kepala Produser Televisi Suriah, mengatakan bahwa industri sekarang mampu menjadi lebih nyaman dan efektif.
“Di sini kami memiliki empat musim, ada gunung, gurun, lembah, dan salju di mana biayanya lebih murah daripada film di tempat lain,” katanya seperti dilansir Arab News.
Beralih ke lokasi syuting di luar Damaskus, produser menghasilkan serangkaian drama tentang ilmuwan bernama Muhiy Al-Din bin Arabi. Drama serial ini akan disiarkan di Uni Emirat Arab.
Menurut Ziad, beberapa drama lainnya akan disiarkan di Rusia, Iran, dan Lebanon.
Selama perang, sebagian besar aktor Suriah meninggalkan negara itu dan mencari peluang di negara-negara Arab lainnya.
Salah satu aktor terkenal, Qays Al-Sheikh Najib, 41, kini kembali ke Damaskus dan memulai syuting untuk pertama kalinya di Suriah setelah ‘menghilang’ selama delapan tahun.*