Hidayatullah.com– Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Asrorun Ni’am Sholeh, mengajak para pemuda se-dunia untuk menyampaikan belasungkawa atas tragedi yang terjadi di Sri Lanka dan Selandia Baru.
“Semoga ini yang terakhir. Kita berharap semua anak muda di dunia khususnya ASEAN memperkuat toleransi serta membiasakan menghargai perbedaan. Toleransi adalah kunci perdamaian,” ujar Ni’am saat membuka acara Mid-Term Review Validation Workshop of The ASEAN Work Plan on Youth 2016-2020 yang dilaksanakan di Mercure Convention Centre Ancol, Jakarta.
Semua peserta diminta untuk mendoakan agar peristiwa intoleransi yang berujung terorisme itu tidak terjadi lagi.
Baca: Kemlu RI Pastikan Bomber Sri Lanka Insan Seelawan, Bukan WNI
Kemenpora menginisiasi dialog antaragama yang diikuti pemuda negara ASEAN. Kegiatan itu ditujukan untuk memperkuat toleransi sekaligus mencegah berkembangnya ‘radikalisme’ di kawasan ini.
“Indonesia menginisiasi dialog kepemudaan antaragama sebagai bentuk komitmen menjaga perdamaian dan memperkuat budaya keberagaman bagi pemuda. Ini penting dan harus menjadi komitmen semua pihak,” katanya dalam rilis Kemenpora kemarin diterima pada Kamis (25/04/2019). Acara tersebut katanya akan diselenggarakan hingga besok, Jumat (26/04/2019).
Seluruh perwakilan kementerian bidang pemuda negara ASEAN hadir dalam kegiatan yang ditujukan untuk mengevaluasi sekaligus memberikan rekomendasi atas program pendampingan kepemudaan antarnegara itu.
Baca: Kutuk Pengeboman, Muhammadiyah Dukung Sri Lanka Pulihkan Keadaan
“Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat relasi kepemudaan di ASEAN khususnya penguatan toleransi di kalangan pemuda, agar menjadi penangkal tumbuh radikalisme atas nama agama, politik, ras, atau apa saja yang didasari perbedaan,” ujar Niam yang juga bertindak sebagai Ketua ASEAN SOMY (Senior Official Meeting of Youth).
Menurut Ni’am, fenomena ‘radikalisme’ di kalangan pemuda dipicu oleh cara pandang yang tidak tepat. Para pemuda tersebut mendasari pemikirannya berdasarkan ras, agama, atau politik yang tidak bisa menerima perbedaan satu dengan yang lainnya.*