MASJID cukup dekat dari rumah Syaefullah Hamid, sekitar 500 meter saja. Bersepeda motor sebentar, sudah sampai. Tapi, lebih dari satu jam sebelum masuk waktu Jumat, warga Jakarta Timur ini sudah mulai mencari masjid.
Ya, mencari masjid!
Tiba lebih cepat di masjid tentu keutamaan tersendiri bagi seorang Muslim. Jumat kali ini, Syaefullah ingin berangkat lebih cepat juga karena khawatir tak kebagian tempat di masjid. Maklum, kuota jamaah shalat sedang dikurangi saat ini.
Jumat (05/06/2020) itu adalah hari dimulainya masjid-masjid di ibu kota diizinkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, untuk dibuka dan kembali menggelar ibadah berjamaah.
Di tengah masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Anies membolehkan masjid-masjid menggelar shalat Jumat dan shalat fardhu berjamaah dengan sejumlah ketentuan. Antara lain, harus ada pembatasan jumlah dan jarak jamaah (physical discanting).
Syaefullah pun bergegas menuju masjid terdekat agar kebagian tempat. Rupanya, Jumat itu, masjid besar di dekat rumahnya masih tidak menggelar Jumatan. Ia pun harus menguras bensin roda duanya lebih banyak demi bisa mulai Jumat lagi. Maklum, sudah 8 pekan ia libur Jumatan.
“(Tidak shalat Jumat) sejak awal pemerintah DKI menetapkan PSBB, Jumat, 10 April lalu,” ujar pria yang berprofesi sebagai pengacara ini kepada hidayatullah.com di Jakarta, Jumat (05/06/2020) dalam obrolan jarak jauh.
Perjuangan Syaefullah untuk Jumatan cukup berliku alias tak semudah biasanya. Apalagi kalau bukan karena dua masjid besar di dekat rumahnya ternyata masih tidak menggelar Jumatan.
“Tadi sejak jam 10.30 WIB sudah suruh ponakan untuk ngecek dua masjid besar dekat rumah, apakah melaksanakan Jumatan atau tidak. Ternyata info yang didapat (masjid) tidak adakan Jumatan,” tuturnya.
Lalu, pada pukul 11.00 WIB, ia bersama ponakannya dengan pakaian siap shalat mengecek kembali dua masjid tersebut. “Sengaja berangkat jam 11 WIB karena khawatir enggak kebagian ruang masjid kalau datang terlambat. Soalnya ketentuan protokol Covid-19, masjid hanya boleh menampung 50 persen dari kapasitas seharusnya,” tuturnya. Untuk diketahui, waktu Jumat di wilayah DKI Jakarta jatuh pada pukul 11.55 WIB.
Tapi ternyata, dua masjid yang didatangi itu betul-betul masih tidak mengadakan Jumatan. Pria yang pernah mengenyam pendidikan agama Islam di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, ini pun tidak kehabisan akal. Ia berinisiatif mengecek sebuah mushalla.
“Akhirnya kami mendatangi mushalla dekat salah satu masjid tersebut, ternyata (di sini) malah mengadakan Jumatan,” tuturnya. Di mushalla inilah, Syaefullah dan keponakannya serta sejumlah jamaah lainnya menggelar Jumatan perdananya di tengah PSBB pada masa pandemi Covid-19.
Baca: Cara Masjid Cegah Covid-19 dengan Tetap Gelar Shalat Berjamaah
Pria 40 tahun ini mengaku sangat bersyukur bisa kembali shalat berjamaah di masjid. Saban hari selama PSBB dan masjid/mushalla tidak menggelar Jumatan, ia menunaikan shalat jamaah di rumah saja bersama keluarga. Begitu pula pada Hari Raya Idul Fitri 1441H lalu, ia menggelar shalat dan khutbah id di rumah. Dirinya bertindak sebagai imam sekaligus khatib.
Maka Jumat ini dirasa menjadi karunia besar dari Allah bagi setiap Muslim yang barusan lagi ikut Jumatan setelah beberapa bulan mengganti shalat Jumat dengan shalat zuhur.
“Alhamdulillah untuk pertama kalinya dibolehkan melaksanakan shalat Jumat. Setelah berputar mencari masjid untuk shalat Jumat, akhirnya ketemu juga. Ya Allah angkatlah segera wabah Covid-19. Aamiin,” ungkap warga Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini setelah Jumatan.
Sementara itu, di hari “Jumat perdana” tadi, ada cerita unik dari Masjid Baitul Karim, masih Jakarta Timur. Jumat (05/06/2020) siang. Jamaah dari berbagai penjuru pada berbondong menuju masjid. Adzan Jumat telah berkumandang, salah seorang pria bersepeda motor datang. Begitu tiba di halaman masjid, ia bertanya ke salah seorang petugas keamanan masjid, apakah shaf di masjid tersebut direnggangkan? “Iya!” jawab petugas.
Mendengar jawaban tersebut, pria bermasker itu malah putar balik pergi meninggalkan Masjid Baitul Karim. Mungkin dia mencari masjid yang shaf shalatnya tetap dirapatkan, dugaan petugas yang tampak terbengong-bengong.*