Hidayatullah.com—Bekas presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad akan mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan bulan Juni.
Diiringi sorak-sorai para pendukungnya, Mahmoud Ahmadinejad berjalan menuju tempat pendaftaran di Kementerian Dalam Negeri di mana dia mengisi formulir pendaftaran. Dia mengacung dua jari membentuk huruf V sebagai simbol kemenangan, kemudian berbicara di hadapan para jurnalis.
“Kehadiran saya hari ini untuk mendaftar berdasarkan permintaan dari jutaan orang yang menginginkan saya ikut ambil bagian dalam pemilihan,” kata Ahmadinejad seperti dilansir Associated Press Rabu (12/5/2021).
Dia menambahkan bahwa keputusan untuk mencalonkan diri diambil setelah mencermati “situasi negeri ini, dan keperluan akan adanya revolusi dalam tata kelola negara.”
Ahmadinejad beberapa tahun terakhir berusaha memoles citranya yang dikenal seorang politisi garis keras menjadi lebih lembut, agak ke tengah, mencari dukungan rakyat dengan mengkritik ketidakberesan pemerintah.
Pada tahun 2017, Ahmadinejad dilarang mencalonkan diri sebagai presiden oleh pemimpin spiritual Syiah tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Meskipun demikian, kala itu dia nekat tetap mendaftar. Dewan Garda, pengawas konstitusi Iran, lantas mencoret namanya.
Kali ini Khamenei mengatakan tidak akan menentang pencalonan siapapun. Meskipun demikian, Ahmadinejad masih dapat dijegal langkahnya oleh dewan pemilu.
Dikenal sebagai politisi yang tidak segan “menggonggong”, Ahmadinejad ingin Iran melakukan konfrontasi terbuka dengan Barat terkait program nuklir Iran.
Ketika menjabat dulu, di Barat dia kerap dijadikan karikatur karena sikapnya yang membantah Holocaust, bersikeras mengatakan bahwa tidak ada warga Iran yang gay atau lesbian dan berkoar-koar Iran bisa membuat senjata nuklir kalau mau.
Di dalam negeri, bekas walikota Teheran itu mencari simpati rakyat dengan membagikan uang ke penduduk desa dan meluncurkan program pembangunan rumah rakyat.
Ahmadinejad menduduki kursi kepresidenan sejak 2005 dan bangkit dari tempatnya setelah periode kedua berakhir pada 2013. Menjelang akhir masa jabatan empat tahun keduanya, dia mulai berani menggonggong ke arah tuannya Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin spiritual Syiah Iran tertinggi yang secara de facto merupakan penguasa Iran sesungguhnya karena semua hal di negara itu harus mendapatkan stempelnya, dengan menyinggung soal teokrasi Syiah Iran.
Untuk pilpres 18 Juni, Iran mulai membuka pendaftaran pada hari Selasa (11/5/2021).
Hassan Rouhani tidak dapat mencalonkan diri lagi dalam pemilu kali ini sebab dia sudah menjabat 2 periode berturut-turut.*