Hidayatullah.com | BERBICARA madrasah keluarga, ibarat menyiapkan sebuah bangunan. Pertama kali yang dilakukan untuk membangun sebuah rumah adalah pondasi.
Jika pondasi itu kuat maka bangunanpun akan kokoh berdiri. Sebuah keluarga bagaikan sebuah bangunan, dimana ketika akan dibangun dibutuhkan arsitek utama atau pemilik grand maping bangunan tersebut.
Membangun sebuah keluarga memang bukan hal remeh, perlu persiapan yang matang dari segi spiritual, emosional bahkan sampai pada material. Hal yang paling penting dan jika hal ini baik maka selanjutnya-pun akan baik, yaitu persiapan spiritual yang tertanam dalam jiwa bersifat metafisik, termasuk berkolaborasinya ruh dan ‘aql (akal).
Cendekiawan Muslim Dr. Adian Husaini, M.A menulis buku bertema tentang dasar-dasar menjadi guru dalam skala keluarga atau yang disasar adalah pendidikan untuk menjadi orang tua yang baik dan beradab. Dalam bukunya berjudul Kiat Menjadi Guru Keluarga Menyiapkan Generasi Pejuang, ia menyampaikan enam nasehat utama membangun keluarga sakinah mawaddah wa rohmah.
Dalam nasehatnya, Dr. Adian mensitir QS. at-Tahrim ayat 6, kemudian memberikan penjelasan mengenai ayat ini. Menurutnya ayat ini secara khusus mewajibkan orang tua untuk menjaga diri dan keluarga dari api Neraka.
Berdasarkan pengalamanya, Ia kemudian menganjurkan agar para calon orang tua atau yang sudah menjadi orang tua menguasai enam materi pokok sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Enam materi pokok itu adalah Worldview Islam, Pendidikan Anak, Fikh Keluarga Sakinah, Tantangan Pemikiran Kontemporer, dan Sejarah Peradaban Islam.
Kemampuan orang tua dalam memahami dan memahamkan Worldview Islam adalah kunci yang sangat krusial karena hal ini paling mendasar yaitu akidah Islamiyah. Menanamkan tauhid sejak dini, sesuai apa yang dilakukan oleh Sahabat Luqmanul Hakim kepada anaknya, menanamkan prinsip utama tauhid yaitu Laa Tusyrik Billah!.
Syed Muhammad Naquib al-Attas, dalam hal kemurnian Islam bahwa agama Islam adalah agama wahyu yang murni. Berikut kalam dari Syed Muhammad Naquib al-Attas beliau berkata: “Islam is the only genuine revealed religion,” tambah Dr. Adian.
Islam, menurut Adian, bukan agama budaya (cultural religion) yang berkembang terus mengikuti perubahan budaya tetapi Islam adalah agama yang murni dari wahyu. Karena itulah, Islam adalah Agama yang relevan di setiap tempat, generasi dan zaman.
Selanjutnya, dalam pendidikan anak setelah menanamkan tauhid, selanjutnya adalah mengarahkan anank untuk mendirikan sholat dilanjutkan dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar menyeru kepada keabaikan dan mencegah dari kemungkaran. Pesan ini diabadikan Allah dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 17.
Dr. Adian mengartikan ayat ini sebagai peringatan bahwa jangan sampai anak-anak belajar sebagai jenis ilmu selama belasan tahun tetapi tidak mau bahkan tidak mampu untuk mengamalkan ilmunya untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, Negara dan umat manusia pada umumnya.
Menanamkan jiwa berjuang untuk umat adalah hal wajib bagi setiap orang tua agar anak-anaknya menjadi penerus perjuangan para Nabi yaitu menegakkan Kalimat Tauhid dan Akhlak Mulia dapat dikerucutkan bahwa jiwa perjuangan ini bagian dari materi pokok Fiqhud Da’wah.
Fiqih keluarga sakinah, inti dalam keluarga sakinah ialah menurut penulis berdasar refleksi buku ini adalah menjadikan keluarga tempat yang menenangkan serta tumbuh di dalamnya sakinah, mawaddah dan rahmah. ‘Madrasah Keluarga’ sebagai institusi terkuat untuk membendung arus keburukan yang sewaktu-waktu bisa merangsek dalam keluarga.
Peran Ayah dan Ibu sebagai pengasuh adalah peran yang sangat krusial. Singkatnya keluarga adalah tempat yang paling aman untuk kembali karena didalamnya ada ketenangan bukan gejolak.
Dalam kajian pemikiran kontemporer, orang tua harus peka, sensitif bahkan harus cenderung protektif terhadap serangan pemikiran ini karena serangan ini bersifat destruktif terhadap aqidah dan akhlak Islam. Umpamanya, yang memakan banyak korban adalah paham pluralisme agama, faham relativisme, materialisme, konsep kesetaraan gender, Hak Asasi Manusia Sekuler, dsb.
Faham-faham ini sekarang berkeliaran dengan bebas bahkan masuk juga dalam dunia pendidikan, maka dari itu sensitivitas dan protektivitas orang tua sangat dibutuhkan untuk membendung ini. Selanjutnya, kajian sejarah Islam salah satu hal penting yang disampaikan oleh Dr.Adian mengenai kajian sejarah untuk keluarga mulailah dari menanamkan sejarah manusia itu sendiri, manusia itu harus tau darimana ia berasal, untuk apa hidup dan mau kemana setelah ia wafat.
Dalam al-Qur’an jelas diterangkan bahwa manusia berasal dari keturunan Nabi Adam Alayhi-As-Salam diciptakan untuk menjadi Khalifatu fii al-Ardh. Dilanjutkan dengan mengenalkan sejarah peradaban Islam, bahwa sesungguhnya peradaban Islam bukanlah hayalan utopis yang tertulis dalam kertas, melainkan peradaban Islam adalah konsep indah yang sudah terbukti diterapkan dalam sejarah.
Tujuan dari pendidikan sejarah dalam keluarga adalah untuk menumbuhkan izzah atau rasa bangga sebagai Muslim. Karena itu jangan sampai orang tua salah dalam memahamkan sejarah Islam kepada anak-anaknya yang akhirnya justeru memberikan sifat pesimis bahkan tidak bangga sebagai Muslim karena buta sejarahnya sendiri.
Puncak dari pendidikan sejarah Islam ini adalah tumbuh rasa bangga sebagai Muslim kemudian mempunyai cita-cita untuk menerakapkan ajaran Islam dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat dan Negara.
Dari enam materi wajib yang diutarakan oleh Dr. Adian inilah sebagai kurikulum utama dalam Madrasah Keluarga untuk membangun sebuah Institusi Keluarga yang kokoh, kuat aqidah, sakinah mawaddah wa rohmah, diisi dengan jiwa perjuangan dakwah, aman dari serangan pemikiran yang menjajah dan bangga sebagai seorang berjati diri Muslim seerta bangga dengan menjadi keluarga Muslim yang penuh berkah. Wallahu ‘Alam Bishowab.*/lvin Qodri Lazaurdy, Pengasuh PP. Muhammadiyah Ahmad Dahlan. Kab. Tegal, Alumni UNIDA Gontor: 2018