Hidayatullah.com– Perdana Menteri Haiti Ariel Henry setuju untuk mengundurkan diri memyusul tekanan selama berminggu-minggu dan semakin merajalelanya aksi kekerasan di negara itu.
Keputusan pengunduran dibuat setelah para pemimpin regional bertemu di Jamaika hari Senin (11/3/2024) untuk mendiskusikan transisi politik di Haiti.
Dalam sebuah rekaman video berisi pengumuman pengunduran dirinya, Henry mendesak rakyat Haiti untuk tetap tenang.
“Pemerintahan yang saya pimpin akan mengundurkan diri segera setelah pembentukan sebuah dewan [transisi],” kata Henry, seperti dilansir BBC.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada rakyat Haiti atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya meminta semua rakyat Haiti supaya tetap tenang dan melakukan apa saja yang mereka bisa untuk menjaga perdamaian dan stabilitas pulih kembali secepat mungkin.”
Henry, yang memimpin negara itu secara interim sejak Juli 2021 menyusul pembunuhan Presiden Jovenel Moïse, berapa kali menunda pelaksanaan pemilu dengan alasan keamanan harus dipulihkan terlebih dahulu.
Banyak rakyat Haiti mempertanyakan dirinya seberapa lama dia akan memimpin negeri itu tanpa ada pemilihan umum.
Geng-geng bersenjata lengkap menguasai jalan-jalan di ibu kota Port-au-Prince beberapa hari terakhir, menuntut pengunduran diri Henry.
Port-au-Prince dan daerah sekitarnya saat ini dalam status darurat selama satu bulan semenjak jam malam diperpanjang.
Di tengah kekacauan negaranya, Henry berangkat ke Kenya untuk menandatangani kesepakatan pengerahan pasukan keamanan internasional guna membantu mengatasi aksi kekerasan yang marak.
Pesawat yang membawa Henry pulang dilarang mendarat menyusul serangan geng bersenjata tas bandara internasional Haiti, dia akhirnya terdampar di Puerto Rico.
Caricom, kelompok negara-negara di kawasan Karibia menilai Henry lebih baik mengundurkan diri terlebih dahulu sebelum dewan pemerintahan transisi dibentuk.
Pemerintah Amerika Serikat awalnya berkeinginan Henry kembali ke Haiti untuk mengawasi pembentukan dewan pemerintahan transisi, tetapi aksi kekerasan yang meluas dengan cepat mengubah sikap Washington.
Tanpa ada dukungan Amerika Serikat dan negara-negara tetangga tidak ada pilihan lain bagi Henry kecuali untuk mengundurkan diri.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Henry sejak hari Jumat sudah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri tetapi dia masih menunggu waktu sebelum mengeluarkan pengumuman resmi.
Menurut pejabat AS yang menghadiri perundingan di Kingston hari Senin, Henry sudah menyatakan ingin kembali ke Haiti, tetapi situasinya harus membaik terlebih dahulu sebelum dia bisa pulang.
Berbicara menyusul pertemuan di Kingston ketua Caricom, Presiden Guyana Irfaan Ali, mengatakan, “Kami menerima pengunduran dirinya dalam rangka pembentukan sebuah dewan kepresidenan dan menunjuk seorang perdana menteri interim.”
President Ali dewan kepresidenan transisi itu akan memiliki dua pengawas dan tujuh anggota pemilik hak suara, termasuk beberapa perwakilan dari sejumlah koalisi, sektor swasta dan kalangan masyarakat sipil, serta seorang tokoh keagamaan.
Dewan itu diberi mandat untuk segera menunjuk perdana menteri interim. Dewan itu diharapkan akan segera dapat memggelar pemilu umum di Haiti, yang sejak 2016 tidak menggelar pemilihan pemimpin sama sekali.*