Hidayatullah.com– Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Vahid Haghanian, seorang bekas komandan Garda Revolusi yang maju sebagai calon presiden untuk menggantikan Ebrahim Raisi.
Haghanian, salah satu orang dekat Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan kepada para reporter usai mendaftar diri bahwa kualifikasinya berdasarkan pengalaman mengabdi 45 tahun untuk pemerintah Iran dan kantor pemimpin tertinggi Syiah Iran.
Depan Keuangan AS pada 2019 memasukkan nama Haghanian dalam daftar 9 orang dalam di sekitar Khamenei yang dikenai sanksi yang bertanggung jawab atas terjadinya penindasan di dalam dan luar negeri.
Iran mengatakan kebanyakan sanksi yang dikeluarkan AS dipicu oleh tuduhan tak berdasar.
Bekas ketua parlemen Ali Larijani, seorang politisi konservatif terkemuka, termasuk kandidat yang mendaftar sebagai calon presiden pada hari Jumat (31/5/2024), demikian pula Abdolnaser Hemmati, seorang bekas gubernur bank sentral Iran.
Sejak dibuka hari Kamis, per hari Sabtu (1/6/2024) sudah 12 orang mendaftarkan diri sebagai peserta pemilihan presiden yang akan digelar pada 28 Juni, lapor Reuters mengutip keterangan seorang pejabat pemilu.
Dewan Syura – yang antara lain tugasnya mengawasi penyelenggaraan pemilu di Iran – pada 11 Juni akan mengumumkan daftar nama kandidat yang layak untuk mengikuti pilpres.
Para politisi moderat menuding Dewan Syura yang beranggotakan 12 orang dengan sengaja menyingkirkan rival-rival yang dihadapi kalangan garis keras, yang diduga akan mendominasi perebutan suara.
Dalam sistem kepemimpinan yang rumit di Iran, kalangan “ulama Syiah” lebih mendominasi dibandingkan para pejabat yang dipilih melalui pemilu. Pemimpin spiritual tertinggi Syiah Iran – yang sekarang dijabat oleh Ayatollah Ali Khamenei – merupakan “penguasa sesungguhnya di Iran”, bukan presiden dan bukan pula rakyat. Pemimpin spiritual tertinggi merupakan pembuat keputusan terakhir di Iran, terutama untuk hal-hal besr dan penting seperti program nuklir dan kebijakan luar negeri. Presiden terpilih biasanya mengurusi perekonomian negara.
Saeed Jalili, seorang bekas kepala negosiator nuklir yang dua puluh tahun silam memgurus kantor Ayatollah selama empat tahun, menjadi politisi garis keras pertama yang mendaftar diri maju pilpres pada hari Kamis.
Pejabat sementara menteri dalam negeri Mohammad Mokhber juga disebut media Iran akan mendaftar.
Beberapa politisi moderat yang kurang terkenal diduga akan berpartisipasi dalam perebutan kursi presiden.
Mohammad Baqer Qalibaf, juga bekas komandan Garda Revolusi, hari Selasa dipilih sebagai ketua parlemen sehingga kemungkinan dia tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden.*