Hidayatullah.com—Pangeran Charles putra Ratu Inggris Elizabeth II tidak tergesa ingin menjadi raja, sebab tahta dianggapnya salah satu bentuk ‘penjara’, kata salah seorang pembantunya.
Pangeran bergelar Prince of Wales itu kerap digambarkan dalam karikatur sebagai pangeran mahkota yang tak sabar menanti pengalihan tahta dari ratu kepadanya, sebab sepanjang sejarah dia merupakan putra mahkota yang paling lama menunggu masa untuk menjadi raja.
Namun, menurut pembantunya yang berbicara kepada majalah Time, Pangeran Charles tidak seperti yang digambarkan dalam karikatur.
Pimpinan majalah Time, Catherine Mayer, diberi akses terhadap Pangeran Charles dan 50 orang teman dan stafnya dalam rangka penulisan profil menyambut ulang tahun ke-65 bekas suami mendiang Putri Diana itu yang akan dirayakan bulan depan.
Pangeran Charles merasa, “adalah tanggungjawab saya untuk khawatir atas setiap orang dan kehidupan mereka di negara ini, dan berusaha mencari jalan untuk memperbaiki segala sesuatu semampu yang saya bisa.”
Mayer kepada The Telegraph (24/10/2013) mengatakan, ketika wawancara Pangeran Charles membela diri dari tudingan bahwa dirinya kerap mencampuri kebijakan tata kota dan lingkungan hidup. Charles mengaku tidak tega melihat tempat-tempat bersejarah dihancurkan, pohon-pohon ditebang dan lahan-lahan dipenuhi dengan limbah beracun, yang semua itu dinilainya sebagai tindakan gila.
Mayer menceritakan, Pangeran Charles menderita sakit punggung dan dia setiap hari bangun pagi lalu melakukan olahraga untuk memperbaiki kondisinya.
Menurut Julia Cleverdon, penasehat khusus Charles untuk kegiatan amal, kadang-kadang di ruang olahraga kerajaan terdengar suara kesakitan saat putra mahkota kerajaan Inggris itu melakukan peregangan.*