Hidayatullah.com—Lebih dari 250.000 rumah telah hancur atau rusak parah di Jalur Gaza setelah 15 bulan serangan ‘‘Israel’’, menurut sumber resmi Palestina.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat daerah memperkirakan 170.000 rumah hancur, sementara 80.000 lainnya tidak aman untuk ditinggali.
Kementerian menekankan bahwa upaya sedang dilakukan untuk menyelesaikan penghubungan basis data sensus pertama dengan sistem informasi geografis, melalui koordinasi dengan otoritas kota.
Ia juga mencatat bahwa proses survei lapangan meningkat setelah gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, karena tim kerja akhirnya dapat memasuki area yang sebelumnya tidak dapat diakses akibat genosida ‘‘Israel’’.
Bulan lalu, Pusat Satelit Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa penjajah ‘‘Israel’’ telah merusak atau menghancurkan 179.812 bangunan di Gaza, setara dengan 69 persen dari seluruh bangunan di wilayah tersebut, sejak genosida ‘‘Israel’’ di Jalur Gaza dimulai pada Oktober 2023 hingga 1 Desember 2024.
PBB memperkirakan bahwa pembangunan kembali Gaza akan memakan waktu hingga 15 tahun dan menghabiskan biaya lebih dari US$53 miliar.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Palestina, Ahed Faiq Bseiso, memperingatkan bahwa pekerjaan pembersihan puing-puing di Gaza diperkirakan memakan waktu antara tiga dan lima tahun karena besarnya tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan penjajah.
Otoritas Kualitas Lingkungan memperkirakan serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 42 juta ton puing terkontaminasi bahan berbahaya di wilayah tersebut. * afp