Hidayatullah.com— Dakwah Islam dewasa ini tidak seperti yang kita bayangkan pada masa lalu. Sekarang konten dakwah telah disampaikan melalui internet. Apalagi informasi terus bergerak dan tidak terbatas. Di sisi lain perkembangan teknologi yang begitu cepat mengharuskan umat Islam harus terus berbenah.
Hal ini disampaikan Muhammad Ali Harrath, pimpinan eksekutif Islam Channel, London. Karena itu, ia mengusulkan agar forum pertemuan ini membentuk sekolah media muslim dan pusat latihan untuk para jurnalis muslim.
“TV yang saya kelola berhasil memproduksi acara yang mendapatkan profit cukup lumayan. Media TV ini berkontenkan acara Islami. Sekarang kita harus percaya bisa melakukan sesuatu yang besar. Kita ini adalah umat terbaik yang disebutkan di dalam al-Quran,” kata Ali Harrath.
Senada disampaikan Ali Harrath, mantan pimpinan umum Harian Republika, Parni Hadi, dalam sesi seminar: “Developing Communication for Da`wah Strategy: Actuating Prophetic Journalism in Digital Era, Combining Words, and Actions” juga mendesak adanya sebuah gebrakan kretivitas dan produktivitas. Di antaranya umat mendirikan training center untuk muslim jurnalism, dan juga house production untuk perfilman muslim.
Mengamini Hadi, Mantan Menteri Media, Sudan Dr. Ali Shummo mengatakan, negara-negara Muslim, secepatnya merespon berbagai isu yang dikembangkan Barat dengan tujuan mendiskriditkan Islam.
“Kita secepatnya, harus membuat perkumpulan (media) yang bisa menandingi pasar (media) global, jika memungkinkan, kita membuat satelit yang bisa menyatukan dunia Islam. Agar ke depan, tercipta informasi berimbang tentang dunia, khususnya umat Islam.
Hal yang sama juga diungkapkan Dr. Nashir Bu Ali, Profesor Komunikasi di Collage of Communication di Universitas Ashraja, Aljazair, menambahi dengan menekankan pada pengembangan studi komunikasi yang berasas amar ma’ruf nahi munkar.
“Media Islam harus merealisasikan nilai-nilai kejujuran/kebenaran dan manfaat/mashlahat, agar ke depan bisa bermanfaat kepada dunia,” ujarnya.
Sementara Dr. Malek Al Ahmed. Profesor dari Universitas King saud Arab Saudi ini sepakat, kedepan, meski saat ini, informasi tentang umat Islam di dunia ditekan dan dipinggirkan, media komukasi Islam harus tetap memperhatikan kode etik kemanusiaan.
“Baik Media komunikasi yang bersifat general, maupun spesifik oleh kelompok tertentu, kita harus tetap memelihara kehidupan manusia,” harapnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Hemdi Aboelenen, yang kini mengajar di Universitas Internasional Mesir, menyinggung pentingnya sebuah media yang mandiri, tidak seperti sekarang yang selalu didekte Barat.
“Kita butuh media komunikasi yang membentuk nilai-nilai jurnalisme Islam, yang mampu memproduksi berita obyektif dan bermanfaat bagi umat,” terangnya.
Seperti diketahui, Konferensi Media Islam Internasional (KMII) ke-2 di Jakarta, direncanakan berakhir hari Kamis siang ini dan akan ditutup oleh Menko Kesra Agung Laksono. *