Hidayatullah.com–Fenomena penindasan etnis Muslim Rohingnya di Myanmar (Burma) menjadi pemandangan umum kondisi umat Islam ketika menjadi minoritas di negeri-negeri Non Muslim. Mereka tertindas, hak mereka tercabut. Itu semua tidak lepas dari kemauan pihak Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini disampaikan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Zahir Khan, kepada hidayatullah.com, Rabu (18/07/2012).
Pria yang pernah menjadi diplomat di Australia dan Belanda ini juga menuding Aung San Suu Kyi sebagai aktivis antek Barat yang bekerja atas instruksi AS. Diangkatnya nama Suu Kyi sebagai pejuang HAM tidak lepas dari kepentingan Amerika Serikat (AS) di negara Asia Tenggara tersebut.
“Dia sengaja ditunjuk agar policy Amerika dapat dilaksanakan,” katanya.
Maka tidaklah heran, jika AS yang selalu berteriak penegakan HAM turut bungkam dalam kasus etnis Muslim Rohingya.
“Termasuk juga PBB,” ujarnya.
Zahir menyerukan kepada umat Islam untuk segera bersatu meninggalkan segala perbedaan tak prinsipil.
“Dengan satu konsep pemikiran yang benar tentang Islam, kita harus menerapksan syariat Islam,” sarannya.
DDII selama ini sangat fokus terhadap isu penindasan Muslim di berbagai belahan Asia Tenggara. Tidak saja Myanmar, tapi juga Moro dan Patani. “Itu concern kita seluruh umat Islam,” ujarnya yang juga membidangi Badan Solidaritas Dunia Islam (BSDI).
Hubungan antara Myanmar dan AS telah membaik setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton ke negara itu pada November-Desember tahun lalu. Awal Juli ini, Pemerintah Myanmar baru saja menerima pengangkatan Derek Jmitchell oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Amerika Serikat di Myanmar.*