Hidayatullah.com–Siapakah yang tidak pernah melihat ciptaan Allah berupa kelinci? Pernahkah Anda mendengar sate kelinci, bakso kelinci, atau burger kelinci? Ya, bagi penggemar daging hewan lucu ini, sungguh nikmat meyantap berbagai hidangan itu. Daging kelinci memiliki nilai gizi tinggi dengan protein yang kadarnya kurang lebih menyamai daging sapi, domba, kambing, dan ayam pedaging.
Selain protein, menyantap satu porsi (sekitar 85 g) daging kelinci sebagai bagian dari menu makanan dapat memberikan pemenuhan vitamin B12 sebanyak sekitar 120 persen dari yang dibutuhkan tubuh kita. Vitamin B12 berperan penting bagi sistem syaraf pusat dan metabolisme, serta pembentukan sel darah merah. Selain itu, Allah ciptakan daging kelinci juga kaya akan vitamin B3 karena mengandung sekitar 35-40% dari kebutuhan harian tubuh manusia. Vitamin yang juga dikenal dengan nama niasin itu berfungsi membantu proses pembentukan energi dari karbohidrat, serta proses pembentukan hormon-hormon kelamin. Zat nutrisi yang terkandung lainnya sebagaimana terlihat pada daftar di sebelah kiri bawah.
Itulah nikmat Allah, Pencipta aneka ragam satwa yang sebagiannya halal kita makan. Allah ciptakan itu untuk kesehatan badan kita. Dalam sebuah ayat, Allah perintahkan kita untuk memakan binatang:
“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.” (QS: ThaHa, 20:54)
Agar tidak memanjang berlebihan
Dalam ayat di atas, selain perintah melahap dan memelihara binatang ternak, ada pernyataan Al Khaliq bahwa fauna itu juga merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah untuk dipikirkan manusia. Ya, kelinci bukanlah barang santapan perut lapar semata, tapi juga ‘hidangan’ bagi akal yang berpikir. Dengan kata lain, Allah menganjurkan manusia untuk tidak sekedar menjadikan hewan ternak sebagai makanan, tapi juga sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah yang patut mereka pikirkan, teliti, dan kaji.
Di antara hal luar biasa yang Allah tetapkan bagi hewan bertelinga panjang ini adalah soal pakannya. Pakan satwa herbivora ini pastilah harus terpilih agar menghasilkan daging bermutu tinggi. Selain itu, kebutuhan gizinya haruslah tepat, tidak boleh mengandung zat gizi terlalu berlebihan, tapi juga tidak boleh terlalu kekurangan.
Pakan yang kaya serat seperti jerami atau sayur-sayuran sangatlah penting. Kadar serat tinggi pada pakan memungkinkan kelinci untuk mengunyahnya berulang-ulang dan lama. Ini penting untuk menjaga agar gigi kelinci, yang Allah jadikan terus-menerus mengalami pemanjangan, tetap tajam dan terkikis sehingga tidak sampai terlalu panjang berlebihan. Jika kurang mengunyah makanannya, maka hewan yang bisa berusia hingga 10 tahun ini akan dapat menderita malocclusion. Malocclusion adalah suatu keadaan dimana gigi-gigi kelinci panjang berlebihan dan berantakan tidak rapi.
Menjijikkan bagi kita, lezat bagi kelinci
Selain serat, makhluk yang biasa hidup berkelompok ini juga memerlukan karbohidrat, protein, lemak, mineral, air, dan vitamin yang memadai. Khusus mengenai vitamin, satwa yang banyak dijumpai di Amerika Utara ini mendapatkannya salah satunya dengan cara memakan kotorannya sendiri! Perilaku yang Allah ciptakan pada kelinci ini dikenal di dunia ilmiah sebagai coprophagy; yakni proses pembentukan tinja lunak dalam saluran pencernaan kelinci serta perilaku memakan kembali feses lunak tersebut.
Kelinci memakan fesesnya yang berbentuk pelet lunak kaya gizi ketika mengeluarkannya dari anus di pagi dini hari. Kotoran ini pun diberi nama ilmiah cecotropes. Tahi kelinci ini sangatlah penting dalam memenuhi kebutuhan vitamin B dalam tubuhnya pada kadar atau jumlah yang sesuai. Tanpa atau kekurangan vitamin B, maka kelinci tidak dapat tumbuh dengan sehat dan wajar. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kelinci terserang kelainan atau penyakit. Allah tidak membiarkan hewan ciptaan-Nya sengsara karena hidup tidak normal lantaran kekurangan vitamin B. Karena Allah yang mencipta, maka Dia-lah yang Maha Memelihara satwa ciptaan-Nya itu, dan menjaganya dari kekurangan zat gizi, salah satunya melalui perilaku coprophagy.
Melahap tinjanya sendiri bukanlah tanda ketidakwajaran atau ketidakwarasan pada kelinci. Corprophagy merupakan perilaku normal, sehat, dan sangat perlu dilakukan kelinci untuk menjaga kesehatannya secara menyeluruh. Ya, bagi manusia normal memakan tahi sendiri sungguh membuat perasaan perut mual dan ingin muntah. Tapi pola pikir manusia tidaklah dapat diterapkan pada kelinci 100%, karena dunia kehidupan manusia berbeda dengan dunia kehidupan kelinci.
Manusia diberi akal sehingga dapat mencari makanan yang kaya vitamin tertentu atau membuat pabrik yang bisa memroduksi pil, kapsul, atau sirup vitamin tertentu. Tidak demikian halnya dengan satwa yang dapat berkembang biak cepat ini. Oleh karenanya, Allah karuniai mereka dengan cecotropes yang kaya vitamin B dan perilaku coprophagy. Kedua karunia Allah ini menjadikan mereka mampu memenuhi kebutuhan vitamin B-nya dengan mudah, murah, meriah. Dengan kata lain cecotropes bukanlah kotoran, akan tetapi merupakan salah satu makanan terbaik kelinci, untuk menghasilkan daging terbaik kelinci. Kesemua ini merupakan bukti kesempurnaan proses penciptaan oleh Allah pada kelinci. Pun, corprophagy adalah perilaku atau petunjuk yang telah Allah tetapkan pada kelinci, sehingga hewan ini mengikuti petunjuk Penciptanya dalam kehidupannya, termasuk dalam kebiasaan makannya, sehingga dapat hidup dan tumbuh normal dan sehat.
Singkat kata, corprophagy bukanlah pilihan kelinci itu sendiri. Ini terjadi karena Allah ilhamkan atau tunjukkan demikian itu pada kelinci sebagai fitrahnya, yakni perilaku yang melekat dalam dirinya. Mahasuci Allah, Dialah Allah Yang Mahatinggi, yang menciptakan, menyempurnakan penciptaan, yang menentukan kadar masing-masing ciptaan-Nya itu dan memberi petunjuk, sebagaimana firman-Nya:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى
وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi, yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya),dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. (QS: al ‘ala:1-3).*/kiriman, Catur Sriherwanto
Referensi:
Foster, Smith (1997-2013) Cecotropes and Coprophagy. Peteducation.com http://www.peteducation.com/article.cfm?c=18+1799&aid=2932.
Krempels D (No Year) The Mystery of Rabbit Poop. http://www.bio.miami.edu/hare/poop.html accessed on 12 Feb. 2013, 6:59 am.
Nutrient Facts (2009) Nutrient Facts, Rabbit, Domesticated, Roasted. NutrientFacts.com. http://www.nutrientfacts.com/searchfood.exe?var=5&form=Rabbit+Domesticated+Roasted,+, accessed on 12 Feb. 2013, 7:08 am..
Science Kids (2013) Fun Rabbit Facts for Kids. Animal Facts. http://www.sciencekids.co.nz/sciencefacts/animals/rabbit.html. accessed on 12 Feb. 2013, 7:00 am.
Sunarlim R, Triyantini (1999) Pengaruh Bahan Tambahan Terhadap Mutu “Burger” Kelinci. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999, hal. 452.
Wolverton N (2010) Nutrition in Rabbit Meat. LiveStrong.com. http://www.livestrong.com/article/342037-nutrition-in-rabbit-meat/. accessed on 12 Feb. 2013, 7:02 am.