Hidayatullah.com–Hasil penelitian menunjukkan, beberapa merek madu terkenal asal India dan negara lainnya mengandung antibiotik dalam kadar yang tinggi. Hal ini diungkap dalam laporan studi Centre for Science and Environment (CSE) di India hari Rabu (15/9/2010).
Para peneliti memeriksa madu dari 12 merek terkenal, yang diantaranya diproduksi oleh Dabur, Himalaya dan Baidyanath. Dua merek internasional asal Australia dan Swiss juga ikut diperiksa. Hasilnya, dalam madu-madu tersebut terkandung antibiotik melebihi kadar yang diperbolehkan.
“Merek-merek yang dites mengandung antibiotik dalam kadar tinggi, bahkan bersifat karsinogenik, sehingga bisa mengakibatkan gangguan kesehatan kronis dan masalah pada sumsum tulang,” terang Direktur CSE Sunita Narain kepada IANS.
Konsumsi rutin antibiotik tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, khususnya anak-anak usia di bawah lima tahun. Konsumsi antibiotik yang dicampur ke dalam madu menjadikan konsumen resisten terhadap obat-obatan, papar Narain lebih lanjut.
Di dalam madu produksi pabrik ayurveda terbesar di India, Dabur, peneliti mendapati tiga macam antibiotik, termasuk oxytetracycline yang jumlahnya 9 kali lipat batas maksimal yang ditetapkan EIC. Dabur menguasai 65% pangsa pasar madu di India.
Peneliti juga mendapati tiga macam antibiotik berkadar tinggi dalam madu produksi Himalaya Herbal Healthcare.
Selain oxytetracycline, jenis antibiotik yang ditemukan dalam madu bermerek tersebut yaitu erythromicin, ciprofloxacin dan berbagai antibiotik lain yang biasa dipergunakan untuk menggemukkan hewan ternak.
Produksi madu lebah kini menjadi industri besar dengan penekanan pada peningkatan jumlah produksi besar-besaran.
“Lebah-lebah dipaksa makan antibiotik dan zat penggemuk berbahaya yang biasa disuntikkan ke hewan ternak. Ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap hasil perternakan (lebah) lokal,” ujar Wakil Direktur CSE, Chandra Bhushan.
“Bisnis madu telah mengalami perubahan besar, yang mana berdampak langsung pada kesehatan konsumen,” kata Narain.
CSE mendesak agar pemerintah India melakukan standarisasi atas pasar madu nasional mereka.
Bagaimana dengan madu di Indonesia? Meskipun madu palsu banyak dijumpai, dan produk olahan madu semakin beragam, namun belum ada penelitian tentang kualitas madu dan variannya yang semakin banyak beredar luas di masyarakat.[di/klj/hidayatullah.com]