KEHIDUPAN itu terkadang bisa memberikan manfaat bagi manusia, terkadang tidak. Jam, saat, hari, dan tahun berlalu dan membawa seseorang kepada kasih sayang dan kerelaan, sehingga ia termasuk orang yang mendapatkan kemenangan dan masuk surga, atau malah menggiringnya ke api neraka dan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kehidupan itu bisa membuat Anda tertawa sesaat dan menangis sepanjang masa atau membuat Anda menangis sesaat untuk bisa tertawa sepanjang masa. Kehidupan itu bisa menjadi nikmat atau laknat bagi manusia.
Hidup itu artinya adalah setiap saat yang Anda rasakan dan setiap jam yang Anda habiskan. Kehidupan bisa merupakan nikmat bagi kita atau bahkan bisa menjadi bencana bagi kita.
Pada setiap jam yang dilalui seseorang, bisa jadi Allah meridhai Anda atau sebaliknya melaknat, na’udzu billah. Hidup ini bisa mendekatkan atau menjauhkan Anda dari Allah.
Anda bisa hidup dengan merasakan saat penuh kasih sayang dan taat kepada Allah, yang bisa menghapus keburukan hidup dan dosa seumur hidup. Anda bisa juga merasakan saat menyimpang dari jalan Allah dan jauh dari taat kepada-Nya, yang menyebabkan hidup Anda menjadi sengsara.
Banyak orang berbuat dosa, melakukan keburukan, dan jauh dari Allah. Selama mereka jauh dari Allah, maka mereka pasti jauh dari rahmat dan ridha-Nya. Jika air mata penyesalan bisa mengalir dari kedua mata mereka, dan bertaubat, ia akan kembali ke rahmat dan ridha-Nya. Ini merupakan kesempatan untuk menyesal untuk meraih kunci kebahagiaan.
Fudhail bin lyadh adalah salah satu golongan orang saleh. Dulu, ia seorang pencuri yang suka merampok kafilah dagang. Orang-orang pun selalu menasihati agar berhati-hati di jalan dengan berkata, “Hati-hati dengan Fudhail.” Bahkan seorang wanita jika ingin menenangkan anaknya, ia berkata, “Diamlah, kalau tidak aku akan memberikanmu kepada si Fudhail.”
Suatu ketika Fudhail menaiki tembok dengan menggunakan tangga dan ingin mencuri di sebuah rumah. Ia mengintip dan mengetahui bahwa pemilik rumah itu seorang yang sudah renta. Orang tua itu sedang berdiri dan menghadap kiblat di atas sajadah kecil.
Lalu, ia mulai membaca al-Qur an sambil menangis: “Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (ar-Ra’d: 19)
Kemudian ia melanjutkan dengan membaca, “Ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (az-Zumar: 9)
Fudhail duduk sambil meletakkan tangannya di atas atap rumah. Ia terus memandang lelaki renta yang sedang membaca al-Qur an sambil menangis. Ada pun anak gadisnya sedang menyiapkan makan malam. Lelaki tua tersebut membaca sampai pada ayat, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Hadid:16).
Fudhail menengadahkan kepalanya ke arah langit dan berkata, “Sekarang ya Allah, saatnya aku bertaubat kepada-Mu mulai malam ini.”
Ia kemudian turun, mandi, dan mengganti baju lalu pergi ke masjid. Di sana, ia duduk dan menangis sampai pagi. Akhirnya, Fudhail bertaubat kepada Allah dan menjadi imam Makkah dan Madinah dalam hal beribadah.*/Dr. Majid Ramadhan, dari bukunya Do It Now.