Oleh: Sania Fauziah Rahma
Hidayatullah.com | DALAM hidup kita pasti pernah mengalami hal yang tidak pernah kita inginkan dan menerima apa yang tidak kita harapkan. Sebuah goresan luka yang datang tiba-tiba tanpa kita duga lalu kita bersedih, kecewa dan sakit hati.
Kita merasa benci terhadap orang yang telah membuat kita kecewa, ada rasa tidak terima di dalam hati pikiran pun menjadi tidak terkendali. Perasaan seperti itu jika tidak cepat kita kendalikan atau hilangkan akan berdampak sangat buruk untuk hidup kita selanjutnya juga apa yang sedang kita perjuangkan.
Lalu apa yang harus dilakukan saat keadaan dan perasaan seperti itu menghampiri kita? Ketika takdir yang maha kuasa datang dalam hidup kita? Mengguncang kita bak sedang berada dalam perahu yang sedang mengarungi samudra kehidupan.mulailah dengan berprasangka baik pada 3 hal.
Pertama, berprasangka baiklah kepada dirimu sendiri. Orang yang sedang dalam masalah dan mulai frustasi cenderung mulai menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa aku sangat ceroboh? Kenapa aku bisa tertipu?
Bodohnya aku karena telah percaya padanya! Kenapa aku tidak menyadarinya dari awal? Kenapa?
Benar pribahasa yang mengatakan penyesalan itu ada di belakang yang di depan namanya pendaftaran, tapi bukan berarti penyesalan harus dibayar kekesalan kepada siapapun bahkan kepada diri sendiri. Maka perlu juga kita berprasangka baik pada diri sendiri.
”Mungkin aku kurang bekerja keras padahal yang ingin kucapai adalah hal yang sangat besar. Mungkin ada tanggung jawabku yang telah aku lalaikan. Ini pelajaran agar aku lebih berhati-hati lagi selanjutnya. Aku harus lebih berusaha, lebih giat dan lebih semangat.”
Kedua, beprasangka baiklah kepada orang yang menyakiti kita. Kenapa? Itu karena orang yang menyakiti kita adalah manusia juga. Manusia yang akan selalu melakukan kesalahan baik ia sadari atau tidak.
Mungkin menyakiti kita adalah kesalahan yang tidak ia sadri adapun kalau itu sudah ia rencanakan maka itu adalah bagian dari ujian untuk kita. Kita boleh marah juga menangis tapi janganlah berlarut-larut, itu tidaklah benar.
Jangan melihat dari satu sudut pandang saja karena setiap masalah punya 2 sudut pandang, pertama duka kedua hikmah atau pelajaran. Maka buatlah hati kita seluas samudra agar semua perasaan buruk kehidupan dapat kita murnikan dan hilangkan.
Ketiga, berprasangka baiklah kepada Allah swt. Bagaimanapun juga semua yang terjadi di alam semesta ini di dalam kendali kekuasaanNya termasuk duka kita. Katakanlah ”Allah itu Maha Tahu, Maha Tahu apa yang terbaik untukku, bahkan jika itu duka itulah yang terbaik.”
Tapi tidak cukup hanya dikatakan perlu juga kita yakini agar menjadi lebih tenang.
Apa yang saya uraikan di atas senada dengan firman Allah swt dalam kitab suci Al-Quran pada Surah Al-Baqarah ayat 216;
كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٌ لَّـكُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Surah Al-Baqarah ayat 216).
Berprasangka baiklah dan katakan ”mungkin saja Allah sedang mengujiku untuk memastikan apakah aku pantas mendapatkan hal besar yang lebih baik dalam hidup ini.” Karena Allah tidak pernah salah dalam memberikan bentuk ujian pada seseorang.
Pikiran-pikiran positif itu akan membuat kita merasa lebih tenang dan membantu kita untuk kembali bangkit, tetap tegar demi masa depan yang bersinar terang benderang. Selalu berpikir positif membuat kita tidak gampang menyerah ketika di hadapkan dengan ujian kehidupan.
Lagi pula halt u menyehatkan bukan? Pikiran positif akan membuat kita tetap tenag meski berada di antara badai. Ibarat membuat kita dapat melihat cahaya walau diselimuti kabut gelap nan pekat.
Berbuat baiklah pada semua orang. Jangan lelah apalagi berpikir untuk menjadi orang jahat. Balas dendam tidak membawa kedamaian dan kemarahan akan menghalangi kemarahan. Sebaliknya, prasangka yang baik akan membawa kedamaian dan positive thinking akan memberikan ketenangan.*
Penulis santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah Masago, Kab. Bone Sulsel