Hidayatullah.com–Ribuan penduduk Aleppo yang melarikan diri dari kota itu kini berbondong-bondong menuju Idlib dengan banyak mengalami penderitaan akibat infeksi kuman pada luka yang dialami selain mengalami hipotermia dan kekurangan gizi.
Maram, anak berusia 5 bulan, menjadi salah satu pasien yang ditangani oleh ahli bedah, dr. Mounir Hakimi.
“Dia kehilangan kedua orang tuanya dalam serangan udara, terdapat beberapa tulang yang patah, luka di perutnya, dan kehilangan sebagian kulit”, ujar Hakimi.
Menurutnya, Maram sempat ditinggal di rumah sakit, hingga kemudian diangkut oleh ambulans evakuasi.
Hakimi melanjutkan, kasus Maram banyak dialami oleh pengungsi lainnya. Dokter di Idlib telah melihat puluhan luka yang terinfeksi secara serius.
Menurut Hakimi, beberapa diantaranya kemungkinan perlu diamputasi atau harus mengalami cacat jangka panjang dan permanen.
Staf medis terutama dokter bedah melaporkan telah melakukan operasi hingga 12 jam sehari sedangkan perlengkapan medis terpaksa ditambah dua kali lipat dari kebutuhan normal.
Dokter di Idlib menyaksikan puluhan korban mengalami luka yang terinfeksi kuman dan mulai membusuk akibat cedera yang dialami akibat serpihan peluru atau bom.
Aleppo, Kota Para Ulama Ahlus Sunnah yang akan jadi ‘Kota Syiah”?
Menurut Ketua Suriah Relief, Mounir Hakimi yang juga dokter bedah, banyak korban yang terluka terpaksa harus diampurasi.
“Akibat serangan berkelanjutan di Aleppo, serpihan bom atau peluru tertanam pada tulang belakang korban terutama anak-anak menyebabkan mereka lumpuh dan kami menyaksikan anak-anak menjadi buta sebelah mata akibat serpihan itu, ” katanya dikutip Aljazeera, Rabu (28/12/2016).
Banyak warga mulai mengalami gejala trauma psikologis.
“Seorang ayah yang memiliki putra berusia tiga tahun bertanya-tanya mengapa anaknya masih belum bisa berbicara. Anaknya lahir selama pertempuran meletus namun sampai hari ini masih tidak mampu berkata-kata karena mengalami kejutan dari serangan itu, ” katanya.
Infrastruktur medis di Idlib telah mengalami kerusakan sebelum evakuasi penduduk Aleppo setelah serangan bom barel selama lima tahun dan serangan udara Rusia terhadap rumah sakit, kantor pertahanan sipil dan sekolah.
Maram adalah salah satu dari 35.000 orang yang meninggalkan Aleppo pekan lalu saat pasukan rezim Bashar al Asaad merebut kembali wilayah timur yang sebelumnya dikuasai milisi pembebasan.Mereka pergi ke propinsi Idlib, di mana mereka berharap bisa memulai hidup baru.
Para pengungsi baru itu merasakan situasi keamanan yang lebih baik di kota Idlib, sangat kontras dengan pertempuran dan serangan-serangan udara yang mengepung Aleppo dalam beberapa pekan terakhir ini.
“Situasi di kota ini tenang,” kata Abd al-Latif Tarboush, seorang warga Aleppo yang tiba di Idlib pekan ini. “Tidak ada pemboman atau pertempuran, terima kasih Tuhan.”
Ribuan Warga Pro Bashar Rayakan Kemenangan Jatuhnya Aleppo Timur
Meski demikian, beberapa pekan lalu dilaporkan terjadi serangan-serangan udara di daerah pinggiran Idlib.
Idlib sudah menjadi sasaran serangan udara Suriah dan Rusia, namun belum jelas apakah Suriah akan mengirimkan pasukan darat ke sana atau untuk sementara ini hanya mengepung mereka.
Komite Penyelamatan Internasional berkata bahwa “Selamat dari Aleppo bukan berarti selamat dari perang. Setelah menyaksikan kebrutalan serangan terhadap penduduk Aleppo, kami sangat khawatir bahwa pengepungan dan bom curah akan mengikuti ribuan orang yang tiba di Idlib.”*