>>tulisan PERTAMA
Oleh: Shaifurrokhman Mahfudz, Lc. M.Sh
Perkuat dan Bela Akidah Ummat
Paparan fenomena yang dikemukakan di atas bukan bertujuan menyulut kebencian kita sebagai Muslim terhadap warga non Muslim. Sebagai ummat yang menjunjung moralitas dan menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup, pantang bagi kita untuk melakukan tindakan buruk seperti itu.
Di dalam banyak ayat-Nya, Allah Swt mengingatkan kita akan bahaya ‘peperangan’ yang mengancam fisik dan bertujuan untuk memurtadkan ummat ini. Peringatan Allah itu juga memberikan pengertian kepada kita semua bahwa menjaga iman atau akidah Islam sampai mati adalah wajib bagi umat Islam dan tidak boleh diabaikan sama sekali.
Penguatan persoalan akidah inilah yang menjadi salah satu pekerjaan besar ummat ini. Di antara langkah yang bisa dilakukan dalam upaya memperkuat akidah ummat adalah dengan memberikan pemahaman yang utuh tentang akidah Islam yang ditunjukkan dalam beberapa hal berikut;
Pertama, doktrin Islam menyebutkan pentingnya ummat ini menyadari hakikat diri dan kewujudan Tuhannya. Bagi siapa yang mengenal jati dirinya, maka dengan sendirinya ia akan mampu mengenal siapa Tuhannya; “Man ‘arrafa nafsahu, ‘arrafa rabbahu”.
Kedua, perkukuh akidah dengan kesungguhan menjalankan syriat Islam secara total, baik dalam aspek ibadah ataupun muamalah yang berkaitan dengan keharmonisan hubungan sesama manusia dan penjagaan nilai-nilai kemanusiaan. Ketika seseorang berbuat baik kepada sesamanya dengan memberikan bantuan sosial misalnya, maka sesungguhnya ia tengah mendekatan dirinya (taqarrub) kepada Allah Swt.
Dalam suatu hadits Qudsi, Rasulullah Saw bersabda: Allah SWT berfirman: “Tidaklah mendekatkan diri kepadaku hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Ku cintai daripada apa yang Ku wajibkan kepadanya…” (Shahih Bukhari Juz 8/131).
Ketiga, tegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan berikan ruang nasehat yang cukup dalam setiap komunitas masyarakat. Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda: Ad-Din nashihah (Agama itu nasihat). Beliau ucapkan hal ini sebanyak tiga kali. Lalu para sahabat bertanya: Bagi siapa ya Rasulullah? Rasulullah Saw menjawab: “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin ummat dan kaum Muslimin umumnya.” (Sunan at-Tirmidzi Juz 4/324).
Dalam etimologi bahasa Arab, kata nashîhah selain berarti nasihat, juga berarti mengikhlaskan, memurnikan, atau membersihkan kecintaan seseorang. Orang yang memiliki kecintaan yang tulus disebut sebagai nâshih. Taubat yang keluar dari hati yang tulus disebut sebagai taubatan nashûha. Orang Arab menyebut madu yang murni sebagai ‘asalun nâsh. Jadi, kata nashîhah berarti kecintaan yang tulus.
Jadi dasar yang pertama tentu saja adalah kecintaan yang tulus kepada Allah Swt. Selanjutnya kepada Rasul dan kitab-Nya serta pemimpin umat Islam dan masyarakat muslim secara umum.
Dalam kehidupan bermasyarakat, bukan mudah mendasarkan sikap kita dengan landasan cinta yang tulus. Terutama ketika kita harus ‘mengingatkan’ para pemimpin sebagai wujud cinta dan kepedulian terhadap kondisi ummat. Karena itu, tidak bisa dinafikan pentingnya peranan pemerintah untuk turut bertanggung jawab dan berperan aktif dalam membela harga diri ummat. Keberhasilan dan efektifitas upaya kita sangat ditentukan oleh ‘ketulusan cinta’ pemerintah terhadap umat Islam di negeri ini dengan mendukung sepenuhnya pemberlakuan ajaran Islam (tathbiq asy-syari’ah) bagi seluruh kaum Muslimin.
Karena memang itulah tugas pemerintah yakni menjaga agama dan memelihara urusan umat (hirasah ad-din wa siyasah ad-dunya), sebagaimana ditegaskan oleh Imam al- Mawardi dalam al-Ahkam as-Sulthaniyah.
Namun demikian, ketika pemerintah –dengan kekuasaan yang dimilikinya– tidak mampu menunaikan tugas ini, yakinlah ummat ini akan tetap dalam penjagaan-Nya. Sebagaimana Surat At Taubah mengatakan;
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (QS. At-Taubah 32). Wallahu A’lam bi ash-Shawab.
Penulis adalah Sekjen Andalusia Islamic Centre, Sentul City dan Dosen STEI Tazkia Bogor