Bukan Universal
Menurut kaum Kristen, agama mereka sifatnya universal. Ia menjadi agama misi, yang harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. Ia diyakini tidak seperti agama Yahudi; hanya untuk kaum Banī Isrā’īl saja. Posisi Yahudi sama dengan agama-agama Farsi Kuno, Hindu dan Buddha, dan juga agama atau cara hidup serta falsafah China. Mereka tiada keluar. Hanya tersebarkan di benua Asia.
Hanya saja, Kristen meyakini yang berbeda dengan penganut agama-agama itu semua. Sehingga ia disebarkan kepada semua bangsa manusia. Padahal, kata Prof. Al-Attas, menurut firman Allāh dalam Al-Qur’ānu’l-Karīm nabi ‘Īsā ‘alayhi’l-salām justeru tiada lain dan lebih daripada rasul-Nya yang diutus hanya kepada Banī Isrā’īl sahaja (Qs. Āli ‘Imrān: 49). (Prof. Dr. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001), 10-12).
Apa yang disampaikan oleh Prof. Al-Attas adalah benar dan sesuai dengan Injil: bahwa nabi Isa hanya diutus kepada “domba yang hilang dari bangsa Israel” (Matius 10:5-6, 15:24).
Hanya saja, ajaran nabi Isa itu kemudian tidak ditepati. Kristenpun disebarkan kepada orang non-Banī Isrā’īl, yaitu kepada orang-orang Eropa Barat dan Timur, Arab dan lainnya di Asia Barat dan Afrika Utara. (Prof. Dr. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 12). Dan tentunya sampai ke Indonesia, yang dalam keyakinan Kristen secara umum agama ini dibawa oleh kaum penjajah yang bernama Portugis. (Lihat, Dr. Th. Müller Krüger D.D, Sedjarah Geredja di Indonesia (Djakarta: Badan Penerbit Kristen, Tjetakan kedua, 1966), 8).
Dan ketika fajar Islām mulai menyingsing, kata Prof. Al-Attas, agama Kristen sudah menguasai kawasan yang luasnya melingkupi Eropa Barat hingga ke Timur, termasuk Asia Barat dan Afrika Utara. (Prof. Dr. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 12).
Manipulasi Demi Dominasi
Menurut Prof. Al-Attas, nabi ‘Isa sebenarnya diutus untuk memperbaiki penyimpangan Yahudi dan memberikan kabar-baik tentang kedatangan Guru Agung Insan, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Jadi, beliau datang bukan untuk menzahirkan agama yang disebut Kristen, melainkan untuk membawa Amaran dan Peringatan dan Kesadaran akan zahirnya kelak Kebenaran Yang Mutlak (Agama Islām) dan menyiapkan pengikutnya untuk menerima kedatangan Nabi Terakhir, Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. (Prof. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 12).
Nabi terakhir itulah yang namanya disebut oleh nabi ‘Isa ‘alayhis-salām dengan ‘Ahmad’ (nabi Muhammad) di dalam Al-Qur’an (Qs. As-Shaff: 6).
Hanya saja, pengikutnya yang fanatik ada yang mendewakan dirinya. Mereka inilah yang mengubah dasar agama baru, yaitu Kristen. Tujuan mereka adalah untuk menyangkal kedatangan agama Islām itu dengan cara: menjelmakan suatu agama baru hasil rekaan sendiri yang mengandung sifat persamaan dengan Agama Islām, yang telah mereka ketahui sifat-sifat dari nabi ‘Isa. (Prof. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 13).
Dari sana mereka telah melakukan manipulasi, demi dominasi. Karena, kata Prof. Al-Attas, tujuan mereka adalah menggagalkan Islām apabila terbit kelak dengan cara mendahului kezahirannya agar supaya meniru sifatnya sehingga mereka dapat mengklaim bahwa hal itu semua telah dikabarkan oleh nabi ‘Isa.
Jadi, bukan Islām yang dikabarkan. Dan Guru Agung itu maksudnya adalah nabi ‘Isa sendiri, bukan nabi Muhammad. Jadi, mereka ingin menafikan kedatangan Islām. Islām tidak perlu datang, karena yang ada (Kristen) sudah cukup.
Inilah bentuk kedustaan mereka yang besar: kepada insan dan kepada diri mereka sendiri. Bahkan, mereka telah mendustaakan Kebenaran dan Kenyataan Tuhan Yang Maha Hak dan Ajaran Para Anbiya. Mereka telah membuat rencana pemalsuan, dan Allah, pun membuat Rencana Pembenaran, dan tiada yang dapat menyangkal Rencana-Nya. (Prof. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 13-14).
Jika mereka berbuat makar (tipu-daya) untuk memadamkan “cahaya Allah” (Islām), maka tipu-daya Allah jauh lebih canggih (khayru’l-mākirīn). Maka, yang terjadi adalah sebaliknya. Islām cahayanya semakin bercahaya di jagat-raya ini. Maka, ketika Islām hadir harapan mereka untuk mendominasi insan berikut peradabannya pun pupus. Karena Islāmlah agama yang mula-mula menda’wakan peranannya sebagai agama yang bersifat menyeluruh bagi anutan segenap masyarakat insani; agama yang merupakan fitrah atau mengandung bawaan asal sifat insani; yang mula-mula menda’wa dalam membenarkan dan menyempurnakan agama-agama terdahulu, khususnya Yahudi dan Kristen. Karena Islāmlah yang mula-mula melabrak dasar-dasar akidah agama Kristen. Banyak Ayat-ayat Kitab Suci Al-Qur’an yang terus terang menafikan kebenaran agama Kristen itu, dan di antara Sūrah-sūrah awal yang diturunkan di Makkah, Sūrah al-Ikhlāsh menggugat dengan tepatnya asas agama Kristen. (Prof. Dr. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 14-15).
Sūrah al-Ikhlās yang disebutkan oleh Prof. Al-Attas memang menusuk jantung keyakinan kaum Kristen. Karena sūrah ini menolak dogma Trinitas, bahwa Allah itu Ahad (Esa); menolak dogma bunuwwatullāh (dogma Allah punya anak). Karena Allah dalam konsep Islām adalah lam yalid walam yūlad (tidak beranak dan tidak diperanakkan). Inilah yang oleh Prof. Al-Attas disebut dengan ‘laberakan batin’ terhadap agama Kristen.
Islām Meruntuhkan Dominasi Kristen
Setelah ‘laberakan batin’, Islām kemudian berkobar. Dan ini menjadi cabaran (tantangan) zahir. Karena Islām akhirnya menjadi dominan. Karena lebih-kurang 50 tahun saja, Pembebasan Islām sampai ke tanah Arab ke Mesir; ke Afrika Utara (al-Maghrib); ke Spanyol; ke Iraq; ke Syiria; ke Farsi (Persia); ke India dan China sehingga sampai juga ke Kepulauan Melayu-Indonesia ini!
Dalam masa hampir 200 tahun sesudah Hijrah Nabi, maka jajahan dan kawan Islām luasnya jauh lebih besar dari jajahan dan kawan agama dan imperaturia manapun dalam dunia, dan meliputi kawasan Eropa Barat dan Timur, termasuk Turki.
Orang-orang Islāmlah yang pertama menaklukkan orang Barat; yang pertama memainkan peranan besar dalam menyanjung tinggi ilmu pengetahuan ke Eropa, dan dengan demikian menerangi suasana gelap-gulita yang menyelubungi dunia Barat dewasa itu; yang pertama melangsungkan pembicaraan akliah menerusi ilmu kalam dengan para failsuf dan ahli teologi agama Kristen Barat.
Dan pengaruh-pengaruh pembicaraan serta pemikiran para ulama, failasuf dan ahli tasawwuf Islām itu sangatlah besar kesannya terhadap gerak-daya penafsiran semula akidah-akidah agama Kristen oleh pemimpin-pemimpinnya sendiri, dan kekal-mesra terpendam dalam jiwa-sanubari Kebudayaan Barat itu hingga kini. (Prof. Dr. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 15-16).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Itulah dua “pukulan telak” Islām yang mengenai ulu-hati dan jantung keyakinan umat Kristen. Ini ditegaskan oleh Prof. Al-Attas dengan menyitir Firman Allah dalam Qs.2:120.
Bukankah, tanya Prof. Al-Attas, di zaman kita ini pun jelas bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen –yang keduanya menjelmakan sifat asasi Kebudayaan Barat– memang tiada rela menerima baik seruan Islām dan kaum Muslimin, melainkan kita jua yang dikehendaki mereka mengikut cara agamanya?– menganut sikap hidup yang berdasarkan semata-mata kepada kebendaan, kenegaraan dan keduniaan belaka. Dan agama dijadikannya hanya sebagai alat untuk melayani hawa-nafsu. (Prof. Dr. SMN al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, 16-17).
Tentu hal ini menjadi pelajaran penting dan mahal bagi umat Islām. Bahwa perang ‘pandangan alam’ (worldview) antara Barat (Kristen) dan Islām akan terus berlangsung. Ini sifatnya permanen, kata Prof. Al-Attas. Dan ini diakui, misalnya, oleh Samuel P. Huntington ketika mengeluarkan tesis ‘the clash of civilizations’ (benturan peradaban). Dan benturan (clash) yang pasti dan serius adalah antara Barat dan Islām, bukan dengan ideologi yang lain.
Kita Harus Sadar
Maka, marilah kita sadari bahwa Islām ini adalah agama Allah. Ia diturunkan dengan Wahyu (Tanzil). Ia hadir sebagai yang universal (rahmatan li’l-‘ālamīn, Qs.21:107). Mengandung fitrah, yang sejalan dan sesuai dengan kebutuhan manusia. Di dalamnya terdapat berbagai koreksi mendasar terhadap fondasi (akar) keyakinan Kristen, seperti: Trinitas, penyaliban, dosa warisan, dan banyak lagi. Islām lah yang meluruskan, meskipuan mereka tidak menerimanya. Tidak mengapa. Yang penting dakwah Islām telah disampaikan.* Sabtu, 8 Rabiul Awwal 1443/16 Oktober 2021
Penulis buku-buku pemikiran, dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah dan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)