Hidayatullah.com—Otoritasforensik Iraq memeriksa sebuah situs yang diyakini sebagai kuburan massal di desa Al-Humaydat, kota Mosul barat, 500 km sebelah utara Baghdad, Iraq, 13 Juni 2021. Otoritas Iraq menemukan 605 mayat yang diyakini sebagai korban pembunuhan ISIS di dekat sebuah penjara di Iraq utara selama dua tahun terakhir, kata sebuah lembaga pemerintah, Senin.
Gubernur Niniwe, Najm Al-Jubouri mengumumkan bahwa “Dua kuburan massal berisi sekitar 550 mayat korban yang dibunuh dan dikuburkan oleh apa yang disebut kelompok Negara Islam (Daesh/ISIS), telah ditemukan di dekat penjara Pemerintah Badush di Mosul, dan korban mungkin adalah personel yang bertanggung jawab atas keamanan penjara di antara mereka adalah wanita”.
Penjara Badush diserang oleh DAESH pada Juni 2014, sekitar 650 narapidana Syiah telah terbunuh, pihak berwenang mengetahui kuburan tersebut sejak 2017 ketika penduduk setempat menunjukkan keberadaannya, tetapi ingin memastikan bahwa tim forensik memiliki kapasitas yang diperlukan untuk mengidentifikasi para korban dengan benar, lapor Aljazeera.
Daesh menguasai sebagian besar Iraq utara pada tahun 2014 dan telah dituduh melakukan kekejaman, lapor kantor berita Jerman (dpa). Militan teroris telah mengambil sekitar 600 tahanan dari sebuah penjara di wilayah utara Badush dan membunuh mereka, kata Dhiaa Karim, kepala Departemen Kuburan Massal di Martyrs Foundation.
“Proses penggalian kembali kuburan memakan waktu lebih dari dua tahun dan 605 jenazah telah dipindahkan,” katanya pada konferensi pers di Baghdad, menurut kantor berita negara Iraq INA. “Tubuh mereka diserahkan kepada pihak berwenang untuk tujuan identifikasi.”
“Proses penggalian kuburan memakan waktu lebih dari dua tahun dan 605 jenazah telah dipindahkan,” kata Kepala Departemen Dhiaa Karim dalam konferensi pers di Baghdad pada hari Ahad, yang dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Hukum Medis terkait negara (MLD), menurut kantor berita negara Iraq, INA.
Kelompok pertama dari 78 jenazah di antara para korban berhasil diidentifikasi, kata Kepala Departemen Kedokteran Forensik, Zeid Ali. “Proses pembukaan dan penggalian kuburan dilakukan dengan dukungan International Commission on Missing Persons dan tim investigasi internasional setelah keluarnya keputusan pembukaan kuburan,” ujarnya.
Menurut Karim, 401 bagian tubuh dan 204 tubuh utuh ditemukan, dan diserahkan ke MLD untuk diidentifikasi karena terkena peristiwa seperti banjir dan perubahan iklim.
Pemerintah Iraq mengumumkan kemenangan atas DAESH pada Desember 2017. Sejak itu Iraq telah menggali kuburan yang diyakini sebagai korban pembunuhan teroris di beberapa wilayah negara itu.
Kuburan massal lainnya juga telah ditemukan selama bertahun-tahun, sisa-sisa kekerasan dari invasi mantan pemimpin otoriter Saddam Hussein ke negara tetangga Iran selama tahun 1980-an, Perang Teluk 1991, invasi pimpinan Amerika Serikat tahun 2003 ke Iraq, dan tahun-tahun pertumpahan darah sektarian.
Kekerasan selama beberapa dasawarsa membuat Iraq sekarang menjadi salah satu negara dengan jumlah orang hilang tertinggi di dunia, menurut Komite Palang Merah Internasional. PBB mengatakan lebih dari 200 kuburan massal telah dikaitkan dengan ISIL saja, berisi ribuan mayat.
Keluarga korban kekerasan yang hilang dari ISIL dan lainnya telah berbicara selama bertahun-tahun, dengan banyak yang mengungkapkan rasa frustrasi karena proses identifikasi bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Sementara itu, badan-badan negara seperti Foundation of Martyrs sebelumnya mengeluhkan kendala keuangan dan birokrasi pemerintah sebagai beberapa alasan di balik proses yang panjang.*