Hidayatullah.com– Upaya untuk membeli senjata api yang tidak berlisensi alias ilegal meningkat akhir-akhir ini di Turki, terutama di kalangan warga negara asing dan warga di bawah umur.
Murat Karakaya, seorang pedagang senjata api dan peralatan berburu di Provinsi Eskişehir, mengatakan bahwa akhir-akhir ini terjadi peningkatan jumlah warga yang ingin membeli senjata api tersebut.
Menurut Karakaya biasanya anak di bawah umur membeli senjata itu untuk meniru beragam aksi pertunjukan dan video game. Dia juga mengatakan bahwa pedagang bersikap tegas untuk tidak menjual senjata api kepada para remaja.
Tidak mudah untuk menolak permintaan dari anak-anak remaja. Karakaya mengatakan tokonya pernah dirampok oleh seorang remaja berusia 17 tahun yang sebelumnya dia tolak ketika ingin membeli senjata api. Akibatnya, Karakaya mengalami kerugian sekitar 35.000 lira.
“Orang yang mencari senjata api akhir-akhir ini meningkat. Terutama orang Afghanistan, Iran, dan Suriah yang mencoba membeli senjata. Kami juga menerima permintaan sejenis dari warga setempat (orang Turki), tetapi tentu saja kami tidak menjual senjata api tak berlisensi. Sebagai pedagang, kami hanya menerima pelanggan yang memenuhi persyaratan legal,” imbuhnya seperti dikutip Hurriyet Daily News (11/5/2023).
Menurut laporan “2022 Armed Violence Map” yang disusun oleh Umut Foundation, yang berkampanye menentang kepemilikan senjata oleh individual, sebanyak 2.278 orang tewas dan 4.231 orang terluka dalam insiden yang melibatkan senjata api di Turki tahun 2022. Seperti tahun-tahun sebelumnya, insiden terbanyak terjadi di Istanbul.
Marmara, daerah di Turki yang paling padat penduduknya dan paling banyak menampung migran dan pengungsi, merupakan daerah dengan insiden kekerasan senjata api paling banyak menurut laporan tersebut.
Adana menempati posisi kedua dengan 571 insiden kekerasan senjata api dilaporkan oleh media.*