Hidayatullah.com—Muslim kembali menjadi korban kekerasan kelompok Hindu. Pada tanggal 7 Mei, seorang pria Muslim menjadi serangan ganas sekelompok orang yang terkait dengan ideologi saya kapan di Narsapur, sebuah kota yang terletak di distrik Medak di Telangana.
Menurut Kepolisian Narsapur, kejadian tersebut terjadi setelah adu mulut yang dilaporkan antara korban dan seorang pengantar tabung gas. Informasi ini dibagikan dengan Quint pada Kamis, 25 Mei.
In Narsapur, Telangana, a mob chanting "Jai Shri Ram" slogan brutally assaulted Imran, 31, a Muslim restaurant owner, after he had an argument with Lingam, 28, over delivery of a gas cylinder! Imran was arrested for assaulting one of the accused earlier & later released on bail! pic.twitter.com/Vz7Q3I17oX
— Muslim Spaces (@MuslimSpaces) 25 Mei 2023
Rekaman yang menangkap insiden tersebut telah mendapat perhatian pengguna media sosial, dan video menjadi viral. Video tersebut menggambarkan Imran Ahmed, sang korban, mengalami serangan berulang kali dari sekelompok individu yang terkait dengan ideologi sayap kanan.
Selama penyerangan, massa terdengar meneriakkan ‘Jai Shri Ram’ (Hidup Dewa Rana). Sementara, ibu dan saudara perempuan Imran yang sedang hamil, Ayesha, terlihat berusaha mati-matian untuk melindunginya dari serangan itu.
Hampir dua minggu setelah kejadian, Kamis, Polres Narsapur mengungkapkan kepada media bahwa mereka telah menerima informasi terkait kelahiran bayi dari adik Imran. Tragisnya, bayi itu dinyatakan mati otak. Namun, polisi menyatakan belum bisa memastikan apakah dugaan trauma yang dialami sang ibu merupakan penyebab langsung kematian bayi tersebut.
Menurut Inspektur Lingkaran Narsapur Sheikh Lal Mazhar, pada tanggal 7 Mei, seorang pengantar tabung gas bernama Lingam mengunjungi kediaman Imran di Narsapur untuk tujuan mengantarkan sebuah tabung. Imran juga pemilik sebuah restoran kecil di kota itu.
Day by day Telangana turning into a saffron state with KCR a mute spectator, petty issue being given a communal colour & muslims being attacked in a moblynching style with police adding feul to such incidents with their partisan actions./1 @KTRBRS @spmedak @TelanganaCMO @PTI_News pic.twitter.com/ebZHwI1t4K
— Amjed Ullah Khan MBT (@amjedmbt) 24 Mei 2023
Saat kejadian, Lingam yang mengenakan Hanuman Mala sebagai bagian dari ritual Hindu selama sebulan, meminta tabung gas kosong dari Imran. Namun, Imran memberitahunya bahwa dia hanya bisa mengembalikannya keesokan harinya.
Lingam bersikeras untuk segera memiliki tabung tersebut, yang menyebabkan pertengkaran verbal dan berujung fisik antara keduanya.
Sayangnya, setelah kejadian, Lingam melaporkan kejadian tersebut kepada orang lain yang ikut serta dalam perayaan Hanuman Mala di kuil terdekat. Selanjutnya, masyarakat terprovokasi dan beramai-ramai menuju kediaman Imran.
Mengabaikan penjelasan yang dibuat oleh ibu Imran, massa dengan menyeret Imran keluar dari rumahnya dan terus menyerangnya di jalan.
“Ada 10-15 orang di massa, dan mereka mulai meneriakkan slogan ‘Jai Shri Ram’. Ibu Imran dan saudara perempuannya yang sedang hamil terjebak di tengah. Setelah menerima informasi tentang pertengkaran itu, kami tiba di lokasi dalam 10-15 menit, dan menahan Imran dan yang lainnya, ”kata CI Mazhar.
Pada tanggal 7 Mei, Valdas Mallesh, seorang pemimpin partai nasionalis Hindu, BJP setempat, berbicara kepada media di luar kantor polisi Narsapur. Menurut dia, pertengkaran terjadi saat Imran diduga memukul Lingam yang mengenakan Hanuman Mala saat baku hantam.
“Ketika seseorang memakai Hanuman Mala, dia harus diperlakukan dengan hormat. Ini adalah serangan terhadap iman kita,” demikian klaim-nya dikutip Muslim Mirror.
Polisi Narsapur telah mengajukan kasus terhadap Imran di bawah Pasa 295 (penghinaan terhadap agama), sementara 10-15 anggota massa telah didakwa dengan berbagai bagian termasuk Pasal 341, 323 (secara sukarela menyebabkan luka), 506 (ancaman menyebabkan luka yang parah), dan 504 (penghinaan disengaja).
Anehsnya, polisi Narsapur, menangkap Imran sambil melepaskan orang lain yang terlibat dalam insiden tersebut. Imran ditahan dengan alasan situasi berpotensi meningkat menjadi urusan agama.
Sementara saudara perempuan Imran, Ayesha, mengamali keguguran saat mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Niloufer di Hyderabad. Namun, alasan pasti di balik kondisi bayi tersebut masih belum dikonfirmasi hingga saat ini.
Kausar Mohiuddin, MLA dari mewakili All India Majlis-e-Ittehadul Muslimeen (AIMIM), menceritakan ia telah mendapatkan laporan dari pihak polisi Medak tentang situasi tersebut. Menurut Mohiuddin, polisi meyakinkannya bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap orang-orang yang terlibat dalam insiden tersebut jika Imran, Aisyah, atau keluarga mereka jika mengajukan pengaduan resmi.*