Hidayatullah.com–Pemimpin perundingan PLO hari Ahad (29/8/2010) meminta agar pemerintah Israel mengecam pernyataan yang dikeluarkan seorang mantan Kepala Rabi Israel dan mengambil tindakan atas seruan rasisme yang dilakukan oleh pejabat terpilih mereka.
Saeb Erekat menyatakan bahwa ceramah pemimpin spiritual Partai Shas, Rabi Ovadia Yosef hari Sabtu (28/8), yang mengatakan bangsa Palestina harus binasa, dibiarkan begitu saja tanpa dikecam oleh Israel.
Dalam ceramahnya, Yosef mengatakan bahwa Presiden Mahmoud Abbas serta “semua orang jahat ini harus binasa dari dunia ini … Tuhan seharusnya menghukum mereka dengan sebuah wabah penyakit, mereka, dan orang-orang Palestina ini.”
Sebelumnya pada tahun 2001, Yosef menyerukan pembasmian seluruh orang Arab.
“Pemimpin spiritual Shas terang-terangan menyerukan pembantaian bangsa Palesina, sementara itu tidak ada respon dari pemerintah Israel,” kata Erekat dalam pernyataannya hari Ahad itu. Ia menggarisbawahi bahwa partai Yosef adalah salah satu anggota koalisi utama dalam pemerintahan PM Benjamin Netanyahu.
“Ketika PLO siap meneruskan perundingan secara serius dan dengan itikad baik, seorang anggota pemerintah Israel menyerukan penghancuran atas kami” dan pembunuhan atas Presiden Palestina, kata Erekat.
“Itu merupakan sebuah penghinaan atas seluruh upaya kami dalam memajukan proses perdamaian,” lanjutnya.
Erekat meminta agar Israel “berbuat lebih banyak untuk perdamaian dan berhenti menyebarkan kebencian.”
Katanya, pernyataan Yosef bisa ditempatkan dalam konteks yang lebih luas, yaitu terkait kebijakan Israel melawan negara Palestina, seperti perluasan pemukiman Yahudi, penghancuran rumah-rumah warga Palestina, dan pengucilan Yerusalem dari Tepi Barat, serta tindakan lainnya.
Jamaknya sifat Yahudi dan Zionis yang licik, para pejabat Shas membela pernyataan rekan mereka dengan membiaskan maknanya.
“Yang dia maksudkan adalah, semoga Tuhan mengakhiri kejahatan dari orang-orang yang menentang kami. Memang mudah menganggap kami sebagai pihak yang tidak menginginkan perdamaian, padahal itu tidak betul,” kata anggota Knesset Nissim Ze’ev kepada media Israel Walla.
“Rabi itu mendukung negosiasi untuk perdamaian. Orang Yahudi memiliki banyak musuh dan rabi itu tidak bermaksud mengatakan, mereka semua harus dihancurkan. Hanya saja kebencian mereka atas kami akan berakhir,” kata Ze’ev memoles halus pernyataan sejawatnya.
Anggota parlemen Israel lainnya juga membela Yosef, dengan mengatakan bahwa rabi itu hanya mengutarakan apa yang menjadi pendapat kebanyakan orang Israel.
Anggota Knesset Michael Ben-Ari berdalih, “Apa yang dikatakan rabi Ovadia Yosef adalah apa yang dipikirkan kebanyakan orang di Israel. Abbas lebih berbahaya daripada Hamas. Mereka berdua menginginkan kehancuran Israel, tapi muslihat Abu Mazen (Mahmoud Abbas) lebih samar. Orang-orang keliru mengenali seorang pembunuh teroris sebagai seorang manusia pecinta damai.”
Sebelumnya Otorita Palestina juga mengecam ceramah agama yang disampaikan Yosef tersebut.
Jurubicara OP Ghassan Khatib meminta agar Netanyahu, pemimpin Partai Shas, dan Mendagri Eli Yishai untuk menyatakan kecaman mereka atas ceramah rabi tersebut.
“Perundingan damai bertujuan untuk mengakhiri hasutan dan budaya benci bangsa Israel atas Palestina. Kami menuntut agar Israel mengambil tindakan serius guna mengakhiri hasutan ini,” demikian bunyi pernyataan Khatib yang dikutip Maan.
“Pernyataan yang penuh dengan kebencian ini tidak hanya bisa diselesaikan dengan menganggapnya sebagai persoalan politik sepele, karena pernyataan itu datangnya dari seorang pemimpin spiritual yang kata-katanya dimaksudkan untuk ditanggapi serius,” tambahnya.
“Kecuali para pemimpin Israel menyatakan bahwa pernyataan tersebut sebagai immoral dan tidak bisa diterima, maka kami harus menyimpulkan bahwa mereka memaafkan hasutan untuk membenci tersebut.”
Khatib juga mengingatkan bahwa hubungan Netanyahu dengan pemimpin Partai Shas bisa mempertaruhkan pembicaraan damai. Dia mendesak agar pemerintah Israel memperjelas kedudukannya; sebagai partner sejati untuk perdamaian atau mendukung pihak yang menyeru perlawanan atas bangsa Palestina.
Partai Shas menempatkan 11 anggotanya di parlemen dan 4 menteri dalam kabinet Netanyahu, termasuk Eli Yishai sebagai Wakil Perdana Menteri.
Awal pekan ini, Yishai menyatakan bahwa partainya akan menentang perpanjangan moratorium pendirian bangunan di pemukiman, yang akan segera berakhir setelah perundingan antara Abbas dan Netanyahu di Washington pada 2 September mendatang.
PLO dan OP telah memperingatkan bahwa pembangunan pemukiman Yahudi yang terus berlangsung dapat menjauhkan mereka dari perundingan damai. [di/maan/hidayatullah.com]