Hidayatullah.com—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kemarin menyalahkan kerusuhan nasional Prancis pada “rasisme institusional” dan masa lalu kolonial negara itu, demikian dikutip AFP.
Pemerintah Prancis telah memerangi kerusuhan dan penjarahan di Paris dan di seluruh negeri sejak Nahel M. yang berusia 17 tahun – seorang warga negara Prancis berlatar belakang Aljazair – ditembak mati oleh seorang petugas polisi saat menghentikan lalu lintas Selasa lalu.
Erdogan telah menggambarkan dirinya sebagai pembela umat Islam dunia sejak memimpin partainya yang berakar Islam untuk berkuasa di Turki dua dekade lalu.
Dia menyalahkan kerusuhan Prancis kemarin pada “Islamofobia” yang dia kaitkan dengan masa lalu kolonial Prancis.
“Di negara-negara yang terkenal dengan masa kolonialnya, rasisme budaya telah berubah menjadi rasisme institusional,” katanya di televisi, setelah memimpin rapat kabinet mingguan.
“Akar dari peristiwa yang dimulai di Prancis adalah arsitektur sosial yang dibangun oleh mentalitas ini. Sebagian besar imigran yang dikutuk untuk tinggal di ghetto, yang ditindas secara sistematis, adalah Muslim.”
Dia juga mengutuk penjarahan luas yang menyertai kerusuhan. “Jalanan tidak bisa digunakan untuk mencari keadilan. Namun, jelas pihak berwenang juga harus belajar dari ledakan sosial tersebut,” kata Erdogan.*