Hidayatullah.com– Pemerintah Azerbaijan hari Rabu (10/1/2024) memperingatkan Prancis agar tidak “ikut campur” urusan dalam negerinya setelah aparat menangkap seorang pria Prancis tersangka spionase.
Warga Prsncis bernama Martin Ryan ditangkap pada 4 Desember 2023, menurut pihak berwenang Azerbaijan dia merupakan tersangka “spionase”.
Paris mengkritik penahanan warganya itu dilakukan secara sewenang-wenang, klaim yang dibantah Baku.
“Pernyataan tidak berdasar ini merupakan satu lagi upaya untuk membiaskan kenyataan, dan merupakan intervensi terhadap urusan dalam negeri Azerbaijan,” kata Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP.
Baku selama ini menuding Prancis mendukung musuh bebuyutan Azerbaijan, Armenia, baik secara diplomatik maupun militer, dan berusaha menyulut ketegangan di kawasan Kaukasus.
Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengatakan bahwa pejabat Kedutaan Prancis sudah beberapa kali mengunjungi Ryan sejak penangkapannya.
Pengadilan menyatakan pria itu akan ditahan sambil menunggu proses persidangan selama empat bulan.
Ketegangan diplomatik antara Paris dan Baku memanas pada akhir Desember 2023 ketika Azerbaijan memerintahkan dua diplomat Prancis angkat kaki.
Sebagai balasan, Prancis menyatakan dua diplomat Azerbaijan sebagai “persona non grata”.
Pada bulan November, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuding Prancis menyulut konflik di Kaukasus dengan mempersenjatai Armenia.
Azerbaijan dan Armenia selama 30 tahun terakhir berperang memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh, yang dicaplok pasukan Armenia ketima Uni Soviet bubar.
Dalam peperangan terakhir, pasukan Azerbaijan mengambil alih kontrol Karabakh setelah melakukan serangan tiba-tiba.
Serangan kilat itu mengundang kecaman internasional, terutama dari Prancis.
Prancis merupakan negara yang dijadikan tempat tinggal bagi banyak imigran Armenia.
Paris juga merasa kesal dengan Azerbaijan yang dituduhnya melakukan kampanye disinformasi guna mencoreng reputasi Prancis sebagai tuan rumah Olimpiade 2024.*