Ramadhan tahun ini hadir dengan cita rasa baru di Suriah, setelah kemenangan dan tanpa Bashar al Asaad
Hidayatullah.com | WARGA Damaskus, Suriah, menjalani bulan suci Ramadhan pertama tanpa keluarga al-Assad dalam lebih dari lima dekade.
Bashar al-Assad –yang meneruskan tampuk kepemimpinan dari ayahnya Hafez dengan tangan besi– adalah anggota keluarga terakhir yang memimpin negara tersebut.
Ia digulingkan dalam kudeta pemberontak yang dramatis, yang dipimpin oleh milisi Hayat Tahrir al-Syam (HTS), pada awal Desember.
Beberapa restoran dan kedai kopi tetap buka, sementara sebagian besar tutup karena umat Muslim yang taat memulai hari pertama puasa dan shalat.
Kementerian Wakaf Agama sementara Suriah dilaporkan memerintahkan agar semua restoran, kedai kopi, dan tempat makan kaki lima ditutup pada siang hari, dan melarang makan dan minum di tempat umum. Mereka juga telah menjatuhkan sanksi yang mencakup denda finansial dan hukuman penjara hingga tiga bulan.
“Tahun ini, setelah jatuhnya rezim, ada banyak konfirmasi mengenai larangan berbuka puasa di depan umum, dengan pelanggarnya menghadapi hukuman penjara,” kata Munir Abdallah, seorang warga ibu kota Suriah.
“Ini adalah sesuatu yang baru, baik, dan terhormat, artinya ritual Ramadhan harus sepenuhnya dipatuhi dalam semua aspeknya.”
Warga lainnya memuji tindakan tersebut dengan menyatakan bahwa hal itu mengembalikan nuansa Ramadhan yang asli. Ia juga mencatat bahwa tahun lalu, di bawah kekuasaan al-Assad, semuanya terbuka, dan itu tidak mencerminkan pentingnya bulan suci bagi umat Islam.
“Sebelum jatuhnya (rezim al-Assad), Ramadhan lalu, bahkan tidak terasa seperti Ramadhan. Anda tidak bisa benar-benar merasakannya. Namun sekarang, itu jelas. Restoran tutup, orang-orang tidak berbuka puasa secara terbuka,” kata Mohammad Kousa.
“Anda dapat melihat bahwa tidak ada yang merokok, dan tidak ada yang makan dengan santai di jalanan. Sebelumnya, kami hampir tidak merasakan Ramadhan.”
“Ramadhan tahun ini hadir dengan cita rasa baru. Ini adalah Ramadhan kemenangan dan pembebasan,” kata Menteri Agama sementara Hussam Haj-Hussein dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
Sempat ada kekhawatiran Suriah baru dibawah kepemimpinan Al-Sharaa. Al-Sharaa sebelumnya telah meyakinkan para pemimpin dunia setelah ia naik ke tampuk kekuasaan – dalam kapasitas sementara – bahwa ia akan menghormati banyak agama dan sekte di Suriah, dan tidak menghalangi kebebasan pribadi siapa pun atau memaksakan tata kelola agama kepada publik.
Ada kekhawatiran bahwa konsekuensi keras yang dijatuhkan pada pelanggaran tradisi Ramadhan dapat menyebabkan orang tidak makan atau minum di depan umum karena takut akan pembalasan.
Sebagian besar negara di seluruh dunia, termasuk Arab Saudi, Indonesia, Suriah, dan Kuwait mulai menjalankan ibadah Ramadhan pada hari Sabtu. Beberapa negara lain, termasuk Malaysia dan Jepang, akan memulai bulan suci pada hari Ahad.
Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender lunar Islam, dan tanggal awalnya secara tradisional bergantung pada penampakan bulan sabit.
Umat Muslim menjalankan puasa Ramadhan dari matahari terbit hingga terbenam, sebagai bentuk ibadah, dan berempati terhadap mereka yang kurang beruntung.
Mereka yang berpuasa biasanya mengonsumsi makanan sebelum fajar yang dikenal sebagai ‘sahur’, dan berbuka puasa setelah matahari terbenam dengan makanan yang dikenal sebagai ‘iftar’, yang dalam bahasa Arab berarti ‘sarapan’.*