Hidayatullah.com – Pelapor Khusus PBB untuk HAM di Palestina yang diduduki, Francesca Albanese, mengatakan apa yang terjadi di Tepi Barat adalah “cara pasti” yang membuktikan upaya pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina.
Dalam satu bulan terakhir, penjajah ‘Israel’ telah menghancurkan puluhan rumah dan mengusir 40.000 orang Palestina dari wilayah tersebut.
“Ini seharusnya ada di halaman depan surat kabar,” katanya kepada para wartawan.
Kebenaran dan akurasi, katanya, “hilang” dari pemberitaan dan peliputan tentang apa yag sebenarnya terjadi di wilayah Palestina yang diduduki.
“Saya telah berbicara dengan para jurnalis yang telah diminta untuk tidak menyebutkan genosida dan apa yang sedang terjadi,” imbuhnya.
Hal tersebut tidak hanya terjadi di media ‘Israel’, lanjut Albanese, namun juga di media Barat dan media internasional.
Pemindahan paksa, kata Albanese, telah menjadi hal yang terus terjadi di Palestina yang diduduki sejak peristiwa Nakba. “Ratusan ribu orang Palestina telah mengungsi. Lebih dari 350.000 orang mengungsi pada tahun 1967 dan Israel menghancurkan semua yang mereka tinggalkan, mencegah mereka untuk kembali.”
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada hari Minggu, pejabat PBB tersebut menyebut apa yang terjadi di Tepi Barat dan posisi negara-negara Arab sebagai sesuatu yang mengejutkan. Ia bahkan terkejut bahwa negara Arab tak melakukan apapun terkait itu.
Ia mengatakan bahwa situasi saat ini memberikan kesempatan penting untuk menyatukan suara Arab dalam membela Palestina, daripada hanya berbicara tentang membangun kembali Gaza, bahkan ketika “genosida terus berlanjut”.
Menurutnya, apa yang dilakukan ‘Israel’ di Tepi Barat adalah tindakan memalukan dan ilegal, tetapi tidak mengejutkan. “Kekerasan genosida,” katanya, ”telah terjadi sejak sebelum 7 Oktober 2023.” Selain itu, ia menuduh beberapa negara Arab bersekongkol untuk melawan Palestina.
Dia menunjukkan bahwa seluruh dunia tahu bahwa Israel sedang mencoba untuk mengendalikan apa yang tersisa dari Palestina, dan saat ini sedang mengulangi apa yang telah dilakukannya di Tepi Barat di Gaza, karena mereka ingin semua orang Palestina meninggalkan tanah mereka.
Sementara itu, negara-negara Arab dan komunitas internasional tidak melakukan apa-apa. “Berapa banyak peringatan yang harus diterima oleh masyarakat internasional?” tanyanya.
Wanita asal Italia itu mengutuk pembatasan yang diberlakukan negara penjajah selama bulan Ramadhan, dan menekankan bahwa tidak ada pembenaran untuk melarang warga Palestina yang berusia di bawah 55 tahun untuk beribadah di Masjid Al Aqsa.
Dia menunjukkan bahwa Palestina telah mencoba memobilisasi masyarakat internasional, secara damai dan melalui perlawanan, termasuk dengan tetap tinggal di tanah mereka.
Albanese memuji sikap negara-negara seperti Afsel, Spanyol dan Namibia yang mengambil langkah kongkrit untuk menanggapi tindakan ‘Israel’, sementara negara-negara Arab belum mengambil langkah serupa selain mencoba mencegah rencana Donald Trump untuk Gaza.*