Hidayatullah.com – Pasukan penjajahan ‘Israel’ telah mengumumkan penggunaan senjata artileri baru dalam perang melawan warga Palestina di Jalur Gaza, menurut Middle East Monitor (MEMO).
Menurut pengumuman tersebut, Resimen Artileri ke-282 militer telah menggunakan sistem roket Bar, yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan ‘Israel’ Elbit Systems, selama serangan baru-baru ini di Gaza selatan.
Elbit Systems salah satu perusahaan senjata terbesar ‘Israel’ yang mengkhususkan diri dalam memproduksi berbagai macam peralatan militer dan teknologi pengawasan canggih yang digunakan terhadap warga Palestina.
Militer ‘Israel’ menggambarkan roket Bar dilengkapi dengan mekanisme panduan khusus yang cocok untuk lingkungan pertempuran yang kompleks.
Sistem ini dirancang untuk menyerang target dalam waktu respons yang sangat singkat. Roket canggih ini akan menggantikan sistem Rumach yang lebih lama, yang diluncurkan dari peluncur roket ganda M270.
Gaza jadi uji coba senjata ‘Israel’
Sejak Oktober 2023, penjajah ‘Israel’ terus memperlakukan Gaza sebagai tempat uji coba senjata.
Para analis mencatat bahwa teknologi militer canggih, termasuk pesawat tanpa awak bunuh diri, senjata api berpemandu, dan unit robotik darat, telah dikerahkan di wilayah itu, tidak hanya menyebabkan kehancuran yang meluas tetapi juga berfungsi untuk memamerkan kemampuan persenjataan buatan ‘Israel’.
Strategi ini telah meningkatkan minat global terhadap produk senjata industri pertahanan ‘Israel’ yang telah diuji dalam pertempuran (pembantaian di Gaza). Namun, strategi ini juga meningkatkan kritik internasional.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli hukum memperingatkan bahwa banyak dari senjata-senjata tersebut digunakan dengan cara-cara yang dapat dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional, termasuk kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan tindakan genosida.
Perang genosida ‘Israel’ di Gaza, yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, sejauh ini telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 2.000 orang sejak ‘Israel’ mengingkari gencatan senjata dan melanjutkan agresinya ke daerah kantong Palestina pada 18 Maret.*