WAJAH para pemuda peserta camping sangat tegang ketika setelah acara shalat dan makan malam, mereka diajak untuk jurit malam melintasi kuburan. Apalagi ketika mereka ditantang untuk berjalan sendiri-sendiri atau berdua saja.
Maklum suasana camping yang lokasinya bersebelahan dengan kuburan kuno, kuburan pioneer Parker family yang meninggal sekitar tahun 1840 dibunuh oleh Suku Indian.
Itulah suasana “Spring Family Camp” yang dihadiri sekitar 130 peserta. Acara dilaksanakan tanggal 8-10 Maret 2013 di Fort Parker State Park, Mexia, Texas.
Camping kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini fokusnya adalah membelajaran dan pemberdayaan para pemuda-pemudinya yang tergabung dalam Indonesian-Malaysian Muslim Youth Group (IMMYG).
Hampir semua kegiatan direncanakan dan dilaksanakan oleh mereka. Misalnya adalah program tadzkiyatun-nafs seperti shalat malam dan kultum. Shalat malam di imami oleh Fadli bin Herman, seorang anak yang baru berusia 11 tahun yang mampu menjadi hafidz, hafal 30 juz al-Quran.
Malam kedua, pelaksanaan shalat berjamaah diimami oleh Putra bin Eko yang mampu menghafal 10 juz al-Quran. Sedangkan acara kultum diisi oleh remaja yang mulai beranjak dewasa, dua diantaranya adalah akhwat (wanita).
Kegiatan tadabbur alam berupa hiking keluarga dan stargazing untuk anak dan remaja dengan menggunakan teropong bintang.
Meskipun pada awalnya panitia khawatir akan ramalan cuaca dengan kemungkinan 40% – 60% hujan diiring petir, ternyata Allah Subhanahu Wata’ala berkehendak lain.
Malam pertama, ternyata langit terlihat hanya sedikit berawan. Para peserta bisa melihat rasi bintang-bintang dan planet Jupiter.
Pagi harinya semua peserta mengikuti acara hiking menyusuri sebagian pinggiran danau yang ditumbuhi pohon pinus. Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk serta menikmati keindahan alam ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.
Di setiap pos pemberhentian, setiap group harus mencari bendera yang disembunyikan panitia, lalu menjawab pertanyaan berupa pengetahuan Islam dan pengetahuan umum.
Hal lain yang berbeda tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah masalah penyajian menu makanan. Tugas memasak dan menyediakan makanan menjadi tanggung-jawab bapak-bapak dan remaja. Para pemudanya membantu menyiapkan pan cakes yang sedap untuk sarapan, sedangkan para pemudinya membantu menyiapkan ayam panggung BBQ untuk makan malam.
Dalam kegiatan yang meriah ini kita ramaikan juga dengan permainan khas Tujuh-Belas-Agustusan.
Tidak semudah di Indonesia, di Amerika ternyata mencari karung sangatlah sulit. Karena tidak ada karung, panitia dipaksa untuk memutar otak. Akhirnya lomba lari “karung” diganti dengan lomba lari “heavy duty garbage bag” (kantong plastik seukuran karung yang cukup tebal sehingga tidak mudah robek). Tidak ketinggalan lomba tarik-tambang, lari tiga kaki, haling-rintang, dll. Salah satu permainan favorite adalah water balloon fight (perang dengan peluru balon yang diisi air). Dijamin semua tertawa ceria, meskipun basah kuyub.
Panitia sudah mempersiapkan berbagai macam kegiatan olahraga. Meskipun kalah stamina dan kekuatan, ternyata bapak-bapak berhasil menahan seri 0-0 melawan pemuda dalam pertandingan sepakbola. Bapak-bapak menunjukkan keunggulan pengalaman dengan mengalahkan para pemuda 2-1 dalam pertandingan bola volley. Tidak mau kalah dengan bapak-bapak, Ibu-ibu mengadakan turnamen ping-pong. Sedangkan para remaja putra dan putri mengadakan turnamen baseball. Uniknya kegiatan kali ini, tidak ketinggalan olahraga khas melayu, sepak takraw.
Tidaklah terasa lengkap kalau camping tanpa kehadiran api unggun. Sebelum memulai kegiatan api unggun, dengan sorotan tajam projector para peserta bersama-sama menyaksikan foto-foto seluruh kegiatan hari itu dengan layar bagian luar dinding cabin. Para pemuda menampilkan drama singkat tentang Umar RA dan seorang penggembala.
Kisah ini mengingatkan para peserta semua tentang pengawasan Allah Subhanahu Wata’ala setiap saat kepada para hambanya. Kemudian anak-anak saling berlomba menampilkan kebolehannya dalam menghafal al-Quran.
Anak-anak yang tumbuh di Amerika ini terlihat luar biasa. Seorang anak berumur 10 tahun mampu membacakan beberapa halaman surat Taha, anak lain berumur 8 tahun mampu membacakan surat al-Fath dengan lancar.
Setelah operasi semut membersihkan seluruh area camping dan foto bersama, acara “Spring Family Camp” ditutup dengan doa pengharapan agar para pemuda-pemudi ini siap menghadapi segala cobaan dan godaan serta mampu untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan masyarakat.
Alhasil, sebagai bagian dari proses pembentukan karakter, camping adalah kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh semua anak-anak dan remaja Indonesia di Amerika. Tidak terkecuali di North Texas.*/Kiriman Rudi Himawan, pembina Indonesian-Malaysian Muslim Youth Group (IMMYG) dan anggota Indonesia Muslim Society in America (IMSA). Hampir seluruh anggota IMMYG cabang Texas dan perwakilan IMMYG cabang California hadir dalam acara ini.