Hidayatullah.com–Islam telah menjadi agama yang pertumbuhan jumlah pemeluknya paling pesat di Jerman, yaitu sekitar 6,6% per tahun.
Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini sekitar 4 juta orang atau 5% dari total jumlah penduduk.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga telah mengatakan bahwa Islam sekarang sudah menjadi bagian dari Jerman, sehingga keberadaan dan kebebasan beragamanya dilindungi dengan undang-undang.
Namun demikian, kabar baik ini dibarengi dengan munculnya gerakan berhaluan kanan yang menyebut diri mereka Orang Eropa Patriotik Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA).
Sejak setahun terakhir PEGIDA kerap melancarkan aksinya melalui demonstrasi di jalanan dan juga propaganda di media sosial.
Gerakan anti Islam ini justru lebih subur di wilayah-wilayah yang jumlah populasi Muslimnya sedikit yaitu di bagian timur Jerman.
Pada umumnya para pengikut PEGIDA tidak pernah berinteraksi dengan Muslim sehingga mereka tidak punya pengetahuan yang cukup tentang bagaimana profil dan ajaran Islam sebenarnya.
Mengantisipasi semua itu, belum lama ini pekan dakwah Islamwoche Karlsruhe, sebuah kegiatan di Kota Karlsruhe bertujuan untuk memberi kesan kepada masyarakat Karlsruhe dan sekitarnya tentang bagaimana Islam sebenarnya.
Kegiatan ini dilaksanakan dua tahun sekali sejak 1989 oleh Komunitas Muslim berbahasa Jerman Deutschsprachige Muslimkreis Karlsruhe (DMK), yang dimotori oleh Ustad Rüstü Aslandur, seorang putra tenaga kerja Turki yang berkarya di Jerman pada tahun 60-an.
Setiap hari dalam seminggu penuh, kegiatan ini diisi dengan rangkaian ceramah, seminar, dan diskusi dengan tema-tema yang melibatkan nara sumber Muslim dan non-Muslim berbahasa Jerman.
Menurut Rüstü, Islamwoche selain sebagai sarana untuk memperkenalkan Islam, juga merupakan sarana untuk memposisikan komunitas Islam untuk sejajar dengan komunitas-komunitas lain di mata pemerintah kota Karlsruhe.
Tahun ini Islamwoche diselenggarakan pada tanggal 2-8 November 2015 dan dibuka secara resmi oleh walikota Karlsruhe. Tema-tema yang diketengahkan dalam Islamwoche kali ini diantaranya ajaran perdamaian dan antikekerasan menurut ulama Jawdat Said dan Maulana Wahiduddin Khan, dan juga diskusi tentang radikalisme dari sudut pandang Islam, akademis dan sosial-politik, yang melibatkan nara sumber yang mewakili masjid, parlemen negara bagian, akademisi, dan NGO.
Kegiatan ini ditujukan untuk menjawab ramainya media yang memberitakan semakin bertambahnya jumlah pemuda-pemudi Jerman yang beraliran radikal dan kemudian bergabung dengan ISIS.
Dalam Islamwoche kali ini, seorang pasangan suami istri Muslim juga berbagi konsep dan pengalaman mereka dalam mendidik keluarga dan anak secara Islami. Dalam sesi diskusi beberapa hadirin menyatakan bahwa nilai-nilai yang ditekankan konsep tersebut sangat mirip dengan ajaran agama mereka, yang mayoristas Nasrani.
Selain itu, kali ini diperkenalkan pula konsep amal dan kasih sayang dalam Islam dan Kristen oleh seorang pendeta dan ustad dari kota Karlsruhe.
Seorang ulama senior Jerman Ahmed von Denffer yang juga aktif dalam organisasi Muslimhelfen dan juga sering menangani proyek amal di Indonesia, menyampaikan bermacam-macam bentuk amalan dalam Islam, yaitu zakat, sadaqah, wakaf, dsb.
Karlsruhe merupakan salah satu kota di Jerman yang terkenal dengan toleransinya.
Baru-baru ini diresmikan sebuah taman kota bernama “Garten der Religion“ yang bertemakan agama-agama di Karlsruhe, di antaranya Islam, Katolik, Hindu, Budha dan Yahudi.
Pada kesempatan Islamwoche kali ini diselenggarakan sebuah diskusi yang membahas bagaimana masyarakat Karlsruhe dapat memanfaatkan taman tersebut untuk mendapatkan impresi tentang agama-agama yang ada di sekitar mereka dengan tetap menjaga kerukunan dan toleransi.
Tema menarik lain yang dikemukakan dalam Islamwoche kali ini adalah tentang pandangan seorang universal genius Johann Wolfgang von Goethe tentang Islam dalam karya-karyanya, serta tema tentang Hijrah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
Islamwoche juga disemarakkan dengan hidangan-hidangan khas negara-negara Muslim, seperti Turki, Suriah, dan Bangladesh.
“Kepanitiaan acara Islamwoche 2015 melibatkan sebagian besar pemuda-pemudi Muslim berusia dibawah 20 tahun. Hal ini menunjukkan betapa menjanjikannya masa depan Islam di Jerman, terutama di Karlsruhe,” ujar Rüstü.
Islamwoche merupakan sarana untuk memperkenalkan Islam, tetapi sangatlah kurang untuk mengandalkan acara semacam ini untuk berdakwah.
Yang lebih penting dalam berdakwah adalah meningkatkan kualitas dan akhlak kita masing-masing sebagai pribadi Muslim yang dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari dan selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam bidang yang kita tekuni. */Hendro Wicaksono, Karlsruhe (Jerman)