Hidayatullah.com– Lebih dari 100 al-Quran Braille sudah diberikan kepada para tunanetra sejak tahun 2013 hingga Januari 2017 dalam program Peduli Difabel yang disalurkan melalui Dompet Peduli Ummat (DPU) Daarut Tauhiid.
Demikian disampaikan Dadan Junaedi, Direktur Program DPU Daarut Tauhiid, belum lama ini. Dadan menyebutkan Lembaga Amil Zakat Nasional ini telah berkhidmat dalam program Peduli Difabel sejak 2013 lalu.
Menurutnya, orang- orang difabel (penyandang cacat fisik dan mental) selama ini dianggap sebagai kelompok minoritas yang tidak diberi ruang dan kesempatan untuk menentukan semua hal tentang dirinya sendiri.
Keberpihakan terhadap difabel masih jauh dari harapan. Di sisi lain, anggapan sebagian masyarakat dalam memandang difabel sebagai beban juga masih kentara, bahkan tidak sedikit ada keluarga yang malu apabila ada anggota keluarganya yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental.
Karenanya, menurut Dadan, harus ada pihak yang dapat mengangkat citra penyandang difabel. Kepeduliaan yang diberikan tidak cukup hanya materi, tapi harus ada wujud nyata yang dapat membuat mereka survive (bertahan), sehingga mereka tidak mengharap belas kasihan orang tapi mereka dapat memberikan kontribusi bagi keluarga dan lingkungannya.
Salah satu caranya memberikan pembinaan mental dan spritual serta pelatihan berupa ketrampilan yang membuat mereka lebih percaya diri untuk bergaul di lingkungannya.
“Program Peduli Difabel menurut Dadan, dilaksanakan ke dalam empat subprogram, yaitu pemberian al-Quran Braille, pemberian alat bantu; seperti kursi roda, alat bantu dengar, tongkat atau kaki palsu, pemberian paket lebaran dan mudik, dan pelatihan dan kemudian memberikan akses untuk pengembangan dan kemandirian” ujar Dadan.
Saat mudik lebaran 2016, sebanyak 82 keluarga menerima bantuan paket lebaran dan diantarkan ke kampung halaman mereka dengan bis.
Dalam kurun waktu 2016 hingga Januari 2017, DPU Daarut Tauhiid sudah memberikan kursi roda sebanyak 158 buah, tongkat 4 buah, alat dengar 6 buah yang disebarkan di wilayah Bandung Raya dan sekitarnya.
Sedangkan, di Jakarta, DPU Daarut Tauhiid memberikan kaki palsu kepada 18 orang OYPMK. DPU Daarut Tauhiid menargetkan untuk memberikan 500 kursi roda di tahun 2017 ini.
Baca: Penyandang Tunanetra Berharap Al-Quran dan Kitab Kuning Braille
Sementara itu, Lebih dari 100 al-Quran Braille sudah diberikan kepada para tunanetra sejak tahun 2013 hingga Januari 2017. Dadan mengungkapkan, di 2017 ini.
Masih di Bandung Raya, DPU Daarut Tauhiid memberikan pelatihan menjahit kepada tunadaksa dan tunarungu, bekerja sama dengan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), pada November hingga Desember 2016. Sebanyak 10 orang mengikuti pelatihan ini yang kemudian 7 di antaranya berhasil mandiri. Sisanya masih belum percaya diri untuk ‘menjual’ keahliannya.
Pada Januari 2017, DPU Daarut Tauhiid bekerja sama dengan DIFF Community mendirikan DIFF’s Reflexiology yang memandirikan sebanyak 14 orang difabel. Sementara itu, di Garut, DPU Daarut Tauhiid juga membantu mendirikan SLB-C Yayasan Karya Bakti di lokasi terdampak banjir garut, Kecamatan Tarogong Kidul. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal Februari 2017, dihadiri oleh manajer program DPU Daarut Tauhiid Garut, Kepala Sekolah, dan para orang tua siswa.
Di Jakarta, DPU Daarut Tauhiid memberikan pelatihan kepada orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Bekerja sama dengan Nalacity, DPU Daarut Tauhiid memberikan pelatihan menjahit kepada 20 orang OYPMK., 16 di antaranya telah dimandirikan.
Secara nasional, DPU Daarut Tauhiid menargetkan untuk memandirikan sebanyak 500 orang difabel. Untuk mendukung program tersebut, DPU Daarut Tauhiid akan mendirikan lima Balai Kreatif, salah satunya sudah berdiri di Jakarta. Balai Kreatif ini menjadi pusat pelatihan bagi sahabat difabel tersebut. “Semacam workshop untuk para difabel,” ujar Dadan.
Semoga secuil ikhtiar kepedulian ini, mejadi jalan kemudahan dan keberkahan bagi kita semua.*/kiriman Taufiq Hidayat (Bandung)