Hidayatullah.com–10 Negara hadiri Konferensi Internasional Afro-Asian Universitiy Forum (AUUF) 2018 di Universitas of Darussalam (UNIDA) Gontor yang menjadi tuan rumah dan terpilih menjadi sekretariat AAUF regional Asia.
Acara dibuka di Gedung Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) Darussalam Gontor dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Ibu Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi bersama Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH. Hasan Abdullah Sahal, KH. Dr. (HC) Abdullah Syukri Zarkasyi, dan KH. Syamsul Hadi Abdan pada hari Ahad (22/07/2018) pagi.
Pada sambutannya, Retno Marsudi menyampaiakan kembali tentang spirit dan hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika atau dikenal dengan Konferensi Bandung yang menjadi konferensi pertama skala besar antar negara Asia-Afrika pada tahun 1955.
“KTT yang bertujuan untuk menyambung kerjasama di bidang kemanusiaan, ekonomi, budaya dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme negara imperaialis lain,”ujar Retno Marsudi.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi dari KKT Bandung tersebut masih relevan sampai sekarang. Sehingga dengan adanya AAUF beliau berharap konferensi ini mampu merefleksikan kembali dari KTT Bandung, karena bagian penting dari konferensi adalah untuk meningkatkan kerjasama antar negara Asia-Afrika.
Setelah pembukaan di Pondok Modern Darussalam Gontor Pusat, acara dilanjutkan siang harinya dengan acara ‘Plenary Session’ di Hall Gedung Utama UNIDA Gontor bertajuk on the Role of Afro-Asian Universities in Build Civilization dengan 4 keynote speaker diantaranya, Prof. Salman Rektor University of The Holy Qur’an and Islamic Sciences, Sudan; Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi Wakil Rektor UNIDA Gontor; Prof. Abdullah Bakhit Saleh, Rektor King Faisal University, Chad; Prof. Shawy Abd Rahman, Suez University, Mesir.
Mewakili UNIDA, Dr. Hamid Fahmy Zarksyi menyambung tentang KTT Bandung memberikan pendapat bahwa tantangan kolonialisme sekarang adalah penjajahan pemikiran, konsep, dan kebebasan akademik.
Lebih jauh, Hamid juga memberikan materi tentang strategi untuk membangun peradaban melalui universitas, mengarahkan untuk mengembalikan identitas Islam dalam keilmuan, yang mengintegrasikan agama dan sains dalam membangun peradaban seperti zaman dahulu, karena terbukti pada sejarah bahwa tradisi intelektual di Timur lebih baik dari Barat.
“Tradisi intekual di Timur, lebih baik daripada Barat, sebelum Barat membesarkan peradaban tinggi. Dan mohon digarisbawahi, Universitas di Barat sangat sekuler, karenanya kita tidak perlu mengikuti. Jika kita ikuti, kita akan kehilangan moralitas kita. Kita harus membuat konsep pendidikan independen yang kompatibel dengan pandangan dunia Islam untuk membangun peradaban, ” papar Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dihadapan audience yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan rektor-rektor Universitas dari 10 negara yang tergabung serta datang di AAUF.
Setelah ‘Plenary Session’, acara konferensi berlanjut pada inti, yakni pertemun dan diskusi mengkolaborasikan ide dan gagasan antar universitas yang tergabung dalam AAUF serta menyusun agenda konferensi berikutnya.
Senin pagi (23/07/2018) dilanjutkan sesi pararel konferensi makalah ilmiah yang terdapat 4 kluster diantaranya: Human Resource Development; Development of Literature in the Field of Economic, Politic, Social, Culture, and Science; Development of Education System, Political System, and Sustainable economy; and Development of Science and Innovative Technology.
Senin siang (23/07/2018) dilakukan penutupan konferensi internasional AAUF di UNIDA dengan membacakan 10 hasil rekomendasi dan di tutup secara resmi oleh Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin Dirjen Direktorat Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia.
Setelah itu agenda selanjutnya adalah seluruh anggota AAUF mengunjungi Kampus Putri Gontor dan agenda terakhir adalah bertemu dengan Wakil Presiden RI di Istana Presiden, Jakarta sebelum anggota AAUF pulang ke negara masing-masing.*/kiriman Daru Nurdianna, peserta (Program Kaderisasi Ulama) PKU XII UNIDA Gontor