Hidayatullah.com– Direktur Lembaga Studi Islam dan Peradaban (LSIP), Suharsono, mengatakan bahwa sesungguhnya perkembangan umat Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran dan usaha komunitas atau organisasi. Ia menyebutkan bahwa kesultanan Islam di Demak merupakan salah satu contoh dari keberhasilan organisasi Islam menyampaikan risalah dakwah.
“Sebenarnya dapat dikatakan bahwa sejarah umat Islam di Indonesia terbentuk melalui organisasi-organisasi Islam yang menyebar ke seluruh nusantara untuk menyebar risalah. Dengan adanya hubungan yang kuat antar kelompok Islam, lalu hubungan guru dan murid menjadi kekuatan politik yang kuat. Kesultanan Demak merupakan contoh keberhasilannya,” jelas Suharsono dalam Webinar Series 04 Pra Munas V Hidayatullah, Senin (28/09/2020).
Bahkan dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia, organisasi Islam mengambil peran penting. Suharsono mengatakan hampir semua pahlawan pra kemerdekaan adalah umat Islam.
“Peran organisasi Islam bahkan dalam perjuangan kemerdekaan telah memberikan dampak yang sangat besar kepada negeri. Hal tersebut dapat dibuktikan dari banyakanya para pahlawan Islam,” ucapnya penulis buku “The Dome of The World” ini.
Setelah kemerdekaan RI pun, organisasi Islam tidak berhenti mengambil peran untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dengan organisasi-organisasi Islam yang masih bertahan hingga saat ini seperti NU, Muhammadiyah, DDII, termasuk Hidayatullah dan lain-lain saat ini, maka sesungguhnya sangat mengherankan jika ada elemen-elemen yang menuduh umat Islam akan merusak Indonesia.
“Jika kita perhatikan, akan sangat sulit mencari nama yang benar-benar pahlawan di luar dari orang-orang Islam. Maka, jika ada yang mengatakan Islam akan merusak NKRI, sesungguhnya ia tidak membaca sejarah. Jika saja ia membaca sejarah maka pasti ia paham betul bahwa sesunggguhnya Indonesia identik dengan Islam,” jelasnya.
Tantangan Era Digital
Pada era digital saat ini, Suharsono berharap kepada organisasi-organisasi Islam dapat berkembang dan beradaptasi dengan tumbuhnya perkembangan zaman. Seperti kata pepatah setiap zaman, mempunyai tantangan tersendiri.
”Bagaimanapun besarnya sebuah organisasi. Namun, jika mereka tidak bisa menyesuaikan dengan tumbuhnya perkembangan zaman, maka besar kemungkinan organisasi itu akan kehilangan relevansi. Maka penting untuk sebuah organisasi Islam untuk terus menjaga relevansinya sesuai dengan zaman,” jelasnya dalam webinar bertema “Transformasi Organisasi Islam, Peluang & Tantangan Era Digital” itu.
Penting, katanya, bagi organisasi Islam ikut andil dalam dunia digital. Hal itu disebabkan banyaknya perilaku manusia saat ini dipengaruhi oleh apa yang mereka konsumsi di dunia digital. Menurut Suharsono, jika sebuah organisasi Islam tidak mempunyai kekuatan di dunia digital, maka organisasi tersebut tidak ada lagi artinya, karena gagal membangun kesadaran publik.
“Perilaku manusia biasanya dibangun atas kesadaran publik yang ia terima. Kesadaran publik ini biasanya direpresentasikan oleh yang mempunyai ide, punya gagasan dan analisis yang baik dan saat ini ladang dakwahnya ada di dunia digital,” lanjut Suharsono.
“Jika ada sebuah organisasi yang mempunyai kekuatan besar di dunia digital, maka besar kemungkinan organisasi tersebutlah yang akan menjadi pemenang atau pemimpin,” ujarnya.
Untuk diketahui, jelang Munas V(irtual) Hidayatullah pada 29-31 Oktober mendatang, Hidayatullah menggelar sejumlah webinar. Pada Rabu besok (03/10/2020), diagendakan Webinar Series 06 dengan tajuk “Dakwah Manhaji: Mengajak, Membela, dan Bersama Umat Membangun Jama’ah”. Pematerinya Wakil Ketua Wantim MUI Prof Dr KH Didin Hafidhuddin dan Anggota Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum Hidayatullah Ustadz Drs Hamim Thohari MSi. Webinar ini disiarkan secara live streaming hanya di kanal Youtube Hidayatullah.ID.* (Amanji)