Hidayatullah.com– Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor adakan Seminar Pemikiran dan Peradaban Islam di Aula Gedung Ir. H. Prijono H Ardjosentono UIKA, Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/01/2017).
Seminar itu terlaksana atas duet UIKA dengan Program Kaderisasi Ulama Universitas Darussalam Gontor (PKU UNIDA Gontor). Sebagai upaya membendung pemikiran-pemikiran yang membahayakan kaum Muslimin.
Rombongan mahasiswa PKU Gontor angkatan kesepuluh hadir di UIKA diketuai oleh Dr Setiawan.
Membuka seminar, Rektor UIKA Dr Ending Bahruddin di antaranya menyampaikan, kegiatan pengaderan ulama diharapkan tidak hanya dilakukan oleh UIKA dan Gontor.
Kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam pengaderan ulama harus juga diikuti oleh UIKA dan lainnya.
Setiawan mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak UIKA yang telah menyambut kedatangan mahasiswa UNIDA dengan baik.
Tiga Materi Hasil Kajian
Seminar Pemikiran dan Peradaban Islam kali ini menampilkan tiga materi hasil kajian sementara mahasiswa PKU Gontor.
Pertama, “Integrasi Ilmu: Konsep dan Metode (Sebuah Kajian Kritis)”, disampaikan oleh mahasiswa PKU, Yongki Sutoyo.
Dalam pemaparannya, ditegaskan, integrasi ilmu belum mampu menjawab dikotomi ilmu. Selama belum dilakukan sampai perkara dasar yang menjadi landasan ilmu, dengan menggunakan worldview of Islam (cara pandang alam Islami).
Layani Kebutuhan Umat, Sekolah Pemikiran Islam Angkatan IV Resmi Dihelat
Kedua, “Problem Konsep Abnormal dalam Psikologi Modern” oleh Miftah Ahmad. Di Barat ada tiga konsepsi memandang sesuatu itu sebagai abnormal; konsepsi statistik, konsepsi patologis, dan konsepsi sosio-kultural. Menurutnya, ketiganya bermasalah dan tidak akan sesuai dengan Islam.
Miftah Ahmad menjelaskan, ukuran normal dan abnormal dalam Islam ada aturannya tersendiri.
“Normal itu sesuai fitrah, fitrah itu Islami, dan sesuai syariat Islam. Jadi perilaku manusia normal adalah perilaku yang Islami,” paparnya.
Menyoal Kesetaraan Gender
Ketiga, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Kosmologi Islam” dengan pemateri bernama M Taufiq.
Ia mengatakan, munculnya geliat aktivitas kesetaraan gender merupakan respon kaum perempuan (feminis) yang tertekan dan tertindas di dunia Barat.
Kata dia, mereka membawa paham itu sekarang agar perempuan Muslimah melepaskan dirinya dari peraturan Islam. Dan ini jelas keliru.
Kesetaraan gender dalam perspektif kosmologi Islam sudah jelas. Bahwa, paparnya, di alam semesta (kosmos) ini tercipta bermacam ciptaan, yang satu dengan yang lain memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Karenanya, Taufiq menyimpulkan, “Kehidupan manusia akan tetap stabil dengan mempertahankan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam bentuk relasi yang baik.
Dan kesetaraan gender dapat merusak tatanan dan kestabilan kosmik yang otomatis menghancurkan keharmonisan manusia.”
Sebagai epilog seminar, Setiawan menjelaskan, pengaderan ulama ini merupakan tahap awal.
“Kami (rombongan PKU Gontor) hanya ingin warisan intelektual ini terus terjaga, ta’dzim (pengagungan) kita kepada ulama harus diteruskan dengan pengkaderan seperti ini,” tegasnya.* Kiriman Muawwin