Hidayatullah.com– Dalam program Praktik Kuliah Dakwah (PKD) yang diadakan setiap tahunnya, Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menugaskan sebanyak 90 mahasiswa dan mahasiswi di 4 provinsi dan 13 kabupaten/kota.
“Alhamdulillah di tahun ini kita bisa menyebarkan sebanyak 90-an mahasiswa dan mahasiswi yang terdiri dari Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES) dan Hukum Keluarga (HK),” Ucap Ketua STIS Hidayatulah Ustadz Muhammad Zaim Azhar dalam wawancara kepada Media Center Ummulqura (MCU) Hidayatullah (02/06/2022).
Ustadz Zaim mengatakan, kegiatan PKD ini sangat penting bagi para mahasiswa dan mahasiswi. Selain untuk mengaktualisasikan ilmu yang telah mereka dapatkan di kelas, juga sebagai wadah mereka untuk lebih dekat dengan masyarakat.
“Ini merupakan suatu kegiatan yang sangat positif, karena ini juga merupakan salah satu bentuk kaderisasi STIS Hidayatullah Balikpapan. Ini juga sebagai wadah bagi mereka agar mereka bisa mengaktualisasi ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari dan juga menjadi tempat mereka belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat di mana tempat mereka melakukan PKD,” terangnya.
Selain di Kaltim, penugasan PKD mahasiswa STIS Hidayatullah ke berbagai titik di 4 provinsi dan 13 kabupaten/kota. Hal itu bertujuan agar setiap mahasiswa mampu mempelajari kultur dan kebiasaan setiap daerah.
Dalam PKD itu, setelah mahasiwa disebar ke pesantren-pesantren Hidayatullah, kemudian mereka disebar lagi ke beberapa masjid.
“Jadi, ketika sudah di daerah, mahasiswa kita itu dibagi lagi, tinggalnya di masjid-masjid. Jadi setiap masjid yang belum mereka ketahui, itu hanya 2-3 orang saja mahasiswa, biar mereka lebih maksimal berinteraksi dengan masyarakat, tidak saling bergantung satu dengan yang lainnya,” terangnya.
Sebelumnya, bulan kemarin, Senin (23/05/2022), pihak STIS melakukan monitoring ke beberapa daerah tempat mahasiswa PKD. Dari kunjungannya Ketua STIS dan jajarannya itu, terungkap bahwa masyarakat begitu membutuhkan kehadiran mahasiswa-mahasiswi tersebut.
“Alhamdulillah respons warga sekitar itu bagus ya, sampai ada masyarakat setempat minta beberapa mahasiswa itu mau ditambah lagi waktu PKD-nya,” ucap Ustadz Zaim.
Hal ini juga diungkapkan oleh aparat desa tempat dimana mahasiswa melakukan PKD. Kepala Desa Santan Hilir, Abdul Rosyid, misalnya, mengungkapkan, kehadiran mahasiswa yang bertugas di Masjid At-Takwa desa tersebut sangat membantu.
“Alhamdulillah, mahasiswa di sini sangat membantu sekali ya, apalagi dalam masalah ibadah ya. Ya bapak-bapak tahu semualah kita di sini kan kalau pagi sampai siang itu kan (warga) kerja semuanya. Jadi masjid itu di waktu shalat dzuhur dan ashar sepi, bahkan ndak ada yang adzan,” tuturnya.
“Semenjak ada mereka ini (mahasiswa STIS Hidayatullah), adzan di masjid itu lebih sering terdengar, bahkan kita juga jadi lebih enak ke masjid karena ada yang adzan,” lanjutnya dengan wajah tampak gembira.
Kehadiran mahasiswa itupun, ungkapnya, bisa membantu masyarakat desa untuk lebih dekat dan lebih mudah belajar al-Qur’an.
“Mahasiswa ini jadi imam juga, jadi khatib juga. Saya di sini jadi imam ya, tapi saya tahu kalau saya salah-salah bacaan al-Qur’annya. Makanya semenjak adek-adek ini dating, saya suruh mereka imam. Kadang juga kami itu belajar al-Qur’an sama mereka,” ucap Pak Kades kepada Ketua STIS Hidayatullah.
Hal senada juga dirasakan warga lain di Bontang, Deddy Supardi. Ia mengakui kehadiran mahasiswa STIS di Rumah Qur’an al-’Ala Bontang, Kaltim, sangat membantu terutama bagi anak-anak yang belajar al-Qur’an.
Sementara itu, tidak kalah dengan mahasiswa, mahasiswi STIS juga ditugaskan sejak bulan Ramadhan 1443H lalu di berbagai sebelah daerah. Mahasiswi turut aktif melakukan kegiatan pembinaan terhadap masyarakat. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua 4 STIS Hidayatullah Ustadzah Ummi Salami.
“Alhamdulillah, meski tidak berbekalkan HP (handphone), mahasiswi kita turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan di daerah. Ada yang mengajar santri MI, santri TK, santi SMP. Ada juga yang melakukan kegiatan Madrasah Ramadhan pada Ramadhan lalu, Daurah al-Qur’an, dan Tahfidz. Bahkan ada juga yang mengajar ibu-ibu binaan Mushida wilayah setempat,” jelasnya kepada MCU secara terpisah.* (MUAS/MCU)