Pemerintahan Lebanon secara resmi melarang siaran tayangan iklan propaganda pemerintahan Amerika Serikat (AS) di negara itu. Pengumuman larangan itu disampaikan oleh Menteri Penerangan Lebanon, Ghazi Aridi, Kami (19/12) lalu. “Spot iklan ini dihentikan sebab isinya kata-katanya sangat bertentangan dengan kenyataan”, ujarnya. Menurut Aridi, dalam kata-kata itu, dijelaskan bahwa AS memperlakukan muslim dan orang Arab dengan sangat baik. “Padahal kenyataannya tidak”, katanya seperti dikutip AP. Akibat peristiwa pelarangan itu, pihak Kedutaan Besar AS berusaha meloby pemerintah setempat untuk memberi izin kembali penayangan iklan tersebut. Semenjak awal ramadhan lalu, AS, secara serempak melakukan propaganda di hampir semua TV dan radio –utamanya di negera-negara islam seluruh dunia– termasuk Indonesia. Dalam iklan itu, digambarkan betapa pemerintah AS telah memperlakukan orang-orang Islam termasuk keturunan Arab secara baik. Baik soal kebebasan, maupun kesempatan dalam pekerjaan. Menurut Aridi, apa yang disampaikan AS dalam berbagai iklan itu pada kenyataannya sangat tidak sesuai di lapangan. Sebagaimana di ketahui, semenjak terjadinya kasus peledakan WTC 11 September lalu, masyakat muslim di AS –terutama keturunan Timur Tengah– diperlakukan sangat diskriminatif oleh warga AS termasuk pihak pemerintah. Penayangan besar-besaran iklan kesepamaham pemerinah AS itu tidak lebih dianggap sebagai bagian propaganda yang sangat menyesatkan. Aridi mengatakan, banyak kalangan bangsa Arab dan kaum muslim telah melakukan pelarangan. “Iklan itu adalah bagian dari andil kampanye nilai pemerintah AS untuk memperbaiki image dunia Arab dan muslim di AS”, kata pejabat kedutaan AS. Lebanon adalah negara dengan penduduk beragama Kristen cukup besar, termasuk kepala negaranya sendiri. Uniknya, di bading Indonesia yang mayoritas beragama Islam, iklan layanan itu justru muncul dalam hitungan menit di hampir semua media TV dan koran. (jdt/cha)