Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalami kekalahan dan pulang dengan tangan hampa dari Iraq. Kita mungkin akan menang dalam taktik bertempur di medan perang dengan pasukan Iraq. Tapi kita akan kalah secara opini seperti halnya yang telah kita lakukan 10 tahun lalu di perang Vietnam, kutip Scoott Ritter pada sebuah stasiun radio TSF. Mantan pengawas senjata PBB ini mengingatkan peristiwa agresi AS ke Iraq tak lebih akan membuahkan hasil kosong sebagaimana kekalahan AS saat perang di Vietnam. Saya tidak yakin militer AS dapat merebut Bagdad. Sebab saya sayin kekalahan pihak AS pasti tak terhindarkan. Ritter meletakkan jabatannya sebagai pengawas senjata PBB pada Agustus 1998 sesaat setelah hubungan yang kurang bagus dengan pihak Washington. Sebagaimana halnya Ritter, Menteri Luar Negeri Rusia Igor Ivanov memperkirakan, walau AS berambisi menjatuhkan rejim Saddam, tapi AS akan gagal dan kalah. Ini bukan soal demokratisasi di Iraq, tapi ini masalah perusakan sebuah negara secara total, ujarnya. Kendati secara militer AS dan sekutu telah menang di atas kertas, toh secara opini AS mengalami kekalahan besar. Hingga hari ini, agresi yang dilakukan AS terus membuat masyarakat dunia menjadi simpati pada Iraq dan berbalik membenci Presiden Bush. Hingga hari ini, jutaan ribu orang dari berbagai negara, terus melakukan protes pada AS disertai perasaan cemas dan marah. Kemarin (26/3), di Libanon Selatan, ribuan demontran berusaha merusak restauran bermerk AS. 10 orang demontran dikabarkan luka. 40 ribu pelajar dan mahasiswa berjalan dan berpawai di Tripoli. 200 orang berusaha merusak restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) namun diblokade aparat dan polisi. Di Beirut, 5000 mahasiswa melakukan long marc menuju kantor PBB dekat Kedutaan Besar Inggris. Mereka meneriakkan slogan Lawan Amerika, Inggris dan Israel. Di Mesir, 4000 mahasiswa berkumpul di Universitas Kairo dan memekikkan spirit Jihad. Demo anti Amerika Serikat (AS) dan perang terus berlanjut. Termasuk di Hederabad, India, di Sepanyol, Jepang, Australia termasuk gelombang demontrasi di Indonesia.Gelombang simpati masyarakat ini akan terus memuncak bila agresi pasukan AS dan sekutunya tidak segera dihentikan. (BHR/Cha)