Hidayatullah.com–Mereka menyampaikan hal itu dalam surat terbuka yang dipublikasikan kemarin. Pernyataan terbuka Australia itu antara lain ditandatangani oleh mantan Panglima Angkatan Bersenjata Australia Alan Beaumont dan Peter Gration, mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Paul Barrat, mantan Sekretaris Kantor Perdana Menteri Alan Renouf dan Richard Woolcot, serta para mantan duta besar, termasuk Rawdon Dalrymple, Stephen Fitzgerald, dan Ross Garnaut.
Surat terbuka tersebut menyuarakan pernyataan serupa yang sebelumnya dikeluarkan oleh para pensiunan pejabat AS dan Inggris. Pada April lalu, para mantan diplomat Inggris mengirimkan surat kepada PM Tony Blair yang isinya mengecam kebijakan Blair di Iraq dan Timur Tengah. Di AS, para mantan diplomat dan pejabat militer mengirimkan dua surat pada Mei dan Juni. Isinya, menuding Presiden George W Bush merendahkan kredibilitas AS di dunia Arab. Mereka mengecam keputusan memerangi Iraq dengan alasan menggulingkan Presiden Saddam Hussein yang dituding memiliki senjata pemusnah massal (WMD).
Menurut pernyataan itu, para pemilih Australia telah disesatkan pemerintah atas alasan keikutsertaan Australia dalam perang Iraq dan demokrasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika orang-orang tidak dapat memercayai para wakil mereka di parlemen.
“Kami prihatin bahwa Australia ikut bergabung menginvasi Iraq berdasarkan asumsi yang salah dan penipuan terhadap rakyat Australia,” demikian pernyataan itu.
“Rezim diktaktor Saddam (Hussein) telah berakhir, tetapi penggulingannya bukan merupakan alasan pergi berperang ke Iraq yang disampaikan kepada rakyat Australia. Perdana Menteri (John Howard) pada Maret 2003 mengatakan bahwa kebijakan kami adalah melucuti senjata (pemusnah massal) Iraq, bukan penggulingan Saddam Hussein.”
Dalam pernyataan mereka, para mantan diplomat dan pejabat militer Australia itu juga mengecam keputusan ikut berperang ke Iraq yang diambil oleh pemerintahan PM Howard. Pasalnya, keterlibatan Australia dalam perang Iraq telah menjadikan Negeri Kanguru itu sebagai sasaran serangan teror.
Australia menjadi salah satu negara pendukung terkuat serangan pimpinan AS terhadap Iraq, dengan mengerahkan 2.000 serdadu dalam invasi ke Iraq tahun lalu. Hingga kini, Australia masih menempatkan sekitar 850 serdadu di Iraq.
Menanggapi surat terbuka tersebut, PM Howard dari Samoa menolak tudingan dirinya membohongi publik Australia atas keterlibatan negara itu dalam perang Iraq. Howard berada di Samoa menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Tahunan Forum Pasifik, kemarin. (MI)