Hidayatullah.com–Militer Amerika Serikat menyatakan tidak tahu di mana keberadaan salinan video, yang merekam peristiwa penembakan dua orang pegawai Reuters dan beberapa orang lainnya oleh helikopter milik Angkatan Darat AS pada tahun 2007.
Sebagaimana dilaporkan AP (6/4), Kapten Jack Hanzlik, seorang jurubicara Pusat Komando AS mengatakan, pihak militer tidak bisa menemukan di mana tempat file video itu disimpan, setelah ditanya mengenai keaslian rekaman yang beredar di internet.
“Kami tidak memiliki alasan untuk menyimpan video itu di Pusat Komando, tidak pula di markas besar di Iraq,” kata Hanzlik melalui sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.
“Kami berupaya untuk mendapatkan video itu dari unit yang melakukan penyelidikan,” tulis Associated Press mengutip pernyataan itu.
Kelompok advokasi yang menuntut transparansi pihak pemerintah mempertanyakan, mengapa pihak militer menyembunyikan rekaman video itu dari publik. Padahal Reuters telah meminta salinannya, dengan menggunakan Freedom of Information Act, setelah mereka menyaksikan rekaman itu pada sebuah pertemuan tertutup dengan pihak miiter di tahun 2007.
Dalam rekaman itu terdengar banyak kata-kata slang yang kasar dari tentara AS. Antara lain “light ‘em up!” (habisi mereka), yang ditujukan kepada sekelompok pria yang mereka sebut “dead bastards”. Terdengar pula suara tertawa “hahaha” usai mereka menembaki sekelompok orang yang sipil tidak bersalah itu.
Sebuah penyelidikan internal oleh militer AS menyimpulkan bahwa prajurit mereka dinilai bertindak pantas, meskipun salah mengenali kamera yang dibawa wartawan Reuters sebagai senjata. Oleh karenanya tidak ada tindakan apapun yang diambil sebagai sanksi bagi prajurit yang terlibat.
Pagi hari tanggal 12 Juli 2007, dua helikopter Apache milik Angkatan Darat AS menembaki hingga tewas 12 orang sipil di sebuah wilayah pemukiman di pinggiran kota Baghdad Baru. Dua orang anak kecil ikut terluka parah dalam peristiwa itu.
Cerita mengenai para korban tidak semuanya diketahui, tapi yang pasti dua di antaranya adalah karyawan Reuters, Saeed Chmagh, 40, yang bekerja sebagai asisten dan pengemudi, serta Namir Noor-Eldeen, 22, wartawan yang diakui sebagai salah satu fotografer terbaik di Iraq.
Dalam laporannya setelah peristiwa tersebut, pihak militer AS menyebut para korban tewas adalah “pasukan anti-Iraq” atau “pemberontak”.
“Tidak diragukan, pasukan koalisi jelas-jelas terlibat pertempuran melawan kekuatan musuh,” kata Letkol Scott Bleichwell, jurubicara pasukan multinasional di Baghdad kala itu.
Padahal dalam rekaman video sama sekali tidak terlihat tanda-tanda gerakan perlawanan dari para korban. Mereka hanya berjalan bersama, menyusuri jalan di sebuah pemukiman penduduk.
Menurut Reuters, rencananya kedua pekerja mereka akan meliput berita tentang olahraga angkat berat. Tapi kemudian, mereka mendengar ada penggerebekan militer di sekitar lokasi, dan memutuskan untuk melihatnya.
Dalam laporan yang dibuat militer, ditunjukkan foto adanya senapan-senapan mesin dan granat di dekat mayat-mayat tersebut. Padahal menurut Reuters, para saksi mata menyebutkan–dan sebagaimana terlihat dalam rekaman video–tidak terdapat tanda-tanda adanya senjata dan perlawanan dari mereka.
Bertahun-tahun rekaman itu dirahasikan militer AS, hingga akhirnya WikiLeaks.org, dalam jumpa pers di National Press Club, Senin (5/4) mengatakan, mendapatkan video itu dari para whistle-blower di militer. Mereka bisa menyaksikan rekaman setelah membongkar kode enkripsinya. WikiLeaks menampilkan dua versi salinan, rekaman lengkap berdurasi 38 menit dan berdurasi 17 menit yang telah diedit.
Menurut The New York Times, seorang pejabat senior militer AS menyatakan, rekaman video itu otentik. [di/ap/nyt/wkl/hidayatullah.com]