Hidayatullah.com–Hari Rabu malam (18/9/2010) Amerika Serikat yang berjanji menarik pasukannya sebelum bulan Agustus ini berakhir, dikabarkan telah menarik keluar pasukan tempurnya yang ‘terakhir’ dari Iraq menuju Kuwait. Kenyataannya pasukan tersebut bukanlah yang benar-benar terakhir.
Army’s 4th Stryker Brigade Combat Team, pasukan tempur AS yang bermarkas di Fort Lewis, Washington, meninggalkan 50.000 rekannya yang lain di Iraq.
Menurut keterangan pejabat AS, sebanyak 50.000 tentara itu bertugas “melatih dan mendampingi” tentara Iraq. Terhitung 1 September mendatang, mereka tidak lagi memiliki tugas tempur secara resmi.
Namun, pernyataan Sekretaris Pers Pentagon mengungkap maksud yang sebenarnya.
“Saya kira, sepanjang pengetahuan saya, tidak ada seorang pun yang menyatakan bahwa perang telah berakhir,” kata Geoff Morrell kepada MSNBC.
“Kontra-terorisme masih akan menjadi bagian dari tugas mereka,” lanjutnya, menjelaskan tugas kelima puluh ribu personil militer AS yang disisakan di Iraq.
Pasukan AS “akan terus melakukan operasi kontra-terorisme bersama” dalam rangka “membantu pasukan keamanan Iraq menghadapi tekanan jaringan ekstrimis dan melindungi rakyat Iraq,” kata Mayor Christopher Perrine kepada AFP (19/8).
50.000 personil mereka bagi ke dalam 6 brigade, yang akan ikut dalam operasi jika diminta pihak berwenang Iraq mendampingi pasukan mereka.
Brigade tersebut akan dilengkapi dengan robot, pesawat tanpa awak dan kesatuan anjing yang akan melacak jejak gerilyawan dan bom pinggir jalan. Tentu saja mereka juga diperkuat dengan ahli-ahli intelijen dan logistik, kata Perrine.
Meskipun Pentagon menyusutkan jumlah pasukannya di Iraq, komando operasi khusus AS–yang tugas utamanya melakukan operasi kontra-terorisme–masih akan mempertahankan utuh jumlah anggotanya, yaitu 4.500 personil.
Walaupun mereka masih berperan aktif, namun rupanya AS tidak ingin mengakuinya secara terang-terangan.
“Kami tidak lagi melakukan operasi tempur secara sepihak,” ujar Morrell.
“Jadi, jika mereka (pemerintah Iraq) menghadapi musuh dan harus mengejarnya, serta memerlukan bantuan, maka ada surat pemberitahuan. Mereka minta bantuan kami, maka kami mengejar (musuh) bersama-sama.”
Ditambahkan oleh Morrell bahwa pasukan AS akan memiliki hak untuk mempertahankan diri mereka dalam situasi apapun. “Itu harus,” tandasnya.
Dengan demikian jelas, sebutan sebagai “pasukan terakhir” yang dilekatkan pada brigade tempur Stryker saat ditarik Rabu tengah malam lalu, hanyalah basa-basi bahasa semata.
Akhir tahun 2011 disebut-sebut menjadi batas akhir penarikan seluruh pasukan AS dari Iraq. Tapi lagi-lagi hal itu sepertinya mustahil, karena belum apa-apa para pejabat militer kedua negara kabarnya sudah menilai bahwa Iraq masih akan membutuhkan kehadiran militer AS setelah 2011.
“Kami jelas terbuka untuk membicarakan hal tersebut,” kata Menhan AS Robert Gates pekan lalu.
Seakan tidak ingin menunjukkan agresivitas negaranya, Gates menambahkan, “Tapi inisiatif itu harus datang dari Iraq.”
Menurut AFP, pejabat militer Iraq pekan lalu menyatakan bahwa pasukan Amerika masih dibutuhkan kehadirannya hingga 10 tahun mendatang.
Kesepakatan di masa yang akan datang kemungkinan termasuk berupa patroli udara dengan pesawat F-16 milik Amerika Serikat. Alasannya, militer Iraq belum mampu melakukan serangan udara dengan jet-jet tempur. [di/afp/npr/hidayatullah.com]