Hidayatullah.com—Perusahaan fesyen kelas atas asal Inggris, Burberry, membakar hampir €32 juta barang dagangannya yang tidak laku tahun lalu.
Pembuat jaket “trench coat” yang ikonik itu menghancurkan barang dagangannya 6 persen lebih tinggi dibanding tahun fiskal sebelumnya. Barang-barang yang dibakar Burberry antara lain pakaian, asesoris dan produk kosmetik yang tidak laku.
Sementara Burberry mengatakan energi yang dihasilkan dari pembakaran itu ditangkap, sehingga prosesnya ramah lingkungan, para pengguna media sosial menumpahkan kekesalan mereka terhadap aksi mubazir yang dilakukan perusahaan. Menurut sebagian warganet, Burberry seharusnya tidak membakar pakaiannya yang tidak laku, dan justru mendonasikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Burberry bukan perusahaan fesyen ternama satu-satunya yang melakukan pembakaran produknya yang tidak dibeli konsumen. Tahun lalu, hasil investigasi mendapati peritel pakaian terkemuka asal Swedia H&M membakar 60 ton pakaian sejak tahun 2013, lapor Euronews (19/7/2018).
Menghancurkan produk, dalam hal ini dibakar, menjadi tindakan yang umum dilakukan pelaku industri fesyen kelas atas dengan alasan untuk melindungi hak kekayaan intelektual dan mencegah peredaran barang palsu.
Burberry mengatakan pemusnahan produk kosmetik yang dijualnya merupakan hasil kesepakatan bersama perusahaan kosmetik Coty.
Seorang jubir perusahaan mengatakan bahwa Burberry berusaha mencegah terjadinya kelebihan stok barang yang mereka produksi. Kalau pun barang harus dimusnahkan, maka pihak perusahaan berupaya agar dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab.
Burberry mengatakan penjualan di wilayah Inggris dan Uni Eropa menurun akibat merosotnya permintaan dari kalangan turis asing. Pelancong asal China yang biasanya memborong produk-produk mereka, sekarang justru beralih meningkatkan penjualan produk fesyen di Hong Kong, Korea dan Jepang.*
[€1 sekitar Rp16.982]