Hidayatullah.com—Menteri Kehakiman Saxony Sebastian Gemkow mengakui departemennya perlu melakukan reformasi menyusul kematian tahanan tersangka terorisme Jaber Albakr, yang telah menimbulkan tuntutan publik agar Gemkow mengundurkan diri.
Jaber Albakr, 22, pengungsi asal Suriah yang dinyatakan sebagai tersangka pemilik bahan peledak di kediamannya di Chemnitz, pada malam 12 Oktober 2016 ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di selnya di kota Leipzig. Kementerian kehakiman di negara bagian Saxony mengatakan dia bunuh diri, meskipun berada dalam pengawasn melekat petugas penjara.
Dalam pernyataan yang dirilis hari Ahad (16/10/2016), untuk pertama kalinya sejak kematian Albakr, Menteri Kehakiman Gemkow mengakui bahwa penegak hukum telah melakukan kesalahan dalam tugasnya sehingga mengakibatkan kematian tersangka.
“Kita semua harus belajar bagaimana menangani tahanan Islamis,” kata Gemkow, menggunakan istilah Islamis yang sering disalahgunakan oleh non-Muslim di Barat untuk menyebut Muslim pelaku atau tersangka teroris.
Dalam wawancaranya dengan koran terkemuka Bild am Sonntag, Gemkow mengatakan prosedur penyediaan akomodasi yang aman untuk tahanan yang berlaku di Saxony saat ini perlu ditingkatkan.
Gemkow juga mengatakan bahwa kemungkinan Albakr sengaja melakukan bunuh diri agar penyelidikan kasus terorisme yang melibatkannya semakin sulit.
“Kami tidak cukup siap menangani kasus ini di Saxony,” kata Gemkow kepada koran itu seperti dilansir Deutsche Welle.
Menurut ketua serikat anggota kepolisian Jerman Rainer Wendt, apabila penegak hukum lokal tidak berpengalaman menangani “Islamis” tersangka teror, maka harus meminta bantuan ahlinya.
“Pada kasus-kasus di mana kejaksaan federal mengambil alih, satuan tugas khusus harus segera turun tangan,” kata Wendt kepada Bild am Sonntag.
Burkhard Lischka, juru bicara urusan internal Partai Sosial Demokrat, juga mengusulkan agar prosedur penanganan tersangka teroris perlu diperbaiki.
“Kita perlu prosedur khusus untuk menangani jihadis,” kata Lischa, menggunakan istilah jihadis yang juga kerap disalahgunakan untuk menyebut Muslim tersangka atau pelaku terorisme.
Dalam operasi penggerebekan di sebuah rumah susun di Chemnitz pada hari Sabtu (8/10/2016), di mana Albakr berhasil melarikan diri, petugas menemukan 1,5 kilogram TATP, jenis bahan peledak racikan rumahan. Pihak berwenang mengatakan bahan peledak itu rencananya akan digunakan untuk membom bandara di Jerman dan tersangka diduga berkaitan dengan kelompok ISIS.
Setelah perburuan selama dua hari, Albakr diciduk polisi menyusul informasi dari tiga orang pengungsi asal Suriah lain yang memberitahukan keberadaannya setelah menyadari pemuda Suriah itu dicari-cari aparat keamanan.
Namun, pada hari Rabu (12/10/2016), Albakr melakukan bunuh diri dalam sel tahanannya di kota Leipzig.
Dalam konferensi pers hari Kamis lalu, Gemkow mengatakan bahwa tersangka tidak ada tanda-tanda rawan akan melakukan bunuh diri, sehingga tidak mendapatkan pengawasan khusus meskipun dia diawasi secara ketat.*