Hidayatullah.com–Markas besar Angkatan Bersenjata AS, Pentagon, membeli dan menghancurkan 9.500 buku yang ditulis seorang tentara mengenai Afghanistan karena takut rahasia militer mereka akan terbongkar.
Seluruh cetakan pertama dari buku karangan Letnan Kolonel Anthony Schaffer yang berjudul ‘Operation Dark Heart’ itu dibeli oleh otoritas pertahanan AS dengan harga 250.000 dolar.
Buku setebal 299 halaman itu diborong atas perintah pimpinan Pentagon. Buku itu kabarnya memuat berbagai detail tentang operasi rahasia AS di Afghanistan.
Komando Operasi Rahasia AS, CIA, dan National Security Agency (NSA) ditugaskan untuk membereskan buku itu.
Menurut Fox News, seperti yang dikutip Daily Mail, satu bab dalam buku itu membahas tentang otoritas keamanan AS yang telah mengetahui rencana serangan 11 September 2001 atas WTC di New York, berbulan-bulan sebelumnya tanpa bereaksi.
Letnan Kolonel Schaffer menulis, pihak berwenang tahu bahwa Mohahhad Atta adalah ancaman dalam keterkaitannya dengan serangan atas menara kembar WTC.
Ia juga menambahkan, pemerintah AS juga tidak pernah mengawasi Atta secara khusus, untuk kemudian diselidiki oleh komisi pemerintah.
Proyek penulisan buku itu, menurut Schaffer, telah disetujui oleh atasannya. Tetapi, ketika CIA dan badan-badan lain membaca naskahnya, mereka lalu menolak.
“Semua ini bernada pembalasan. Seseorang yang membeli 10.000 buku itu untuk menekan sebuah cerita di era digital ini merupakan sesuatu yang menggelikan,” kata perwira yang pernah menerima penghargaan ‘Bronze Award’ karena pengabdiannya di Afghanistan.
Letnan April Cunningham, juru bicara dari Departemen Pertahanan mengatakan, petugas militer mengawasi penghancuran 9500 eksemplar buku itu pada 20 September, sebelum buku itu tiba di toko-toko buku.
“Departemen Pertahanan memutuskan untuk menghancurkan cetakan pertama buku itu karena mengandung informasi yang bisa mengganggu keamanan nasional,” kata Cunningham.
St. Martin’s Press, percetakan yang mencetak buku Schaffer telah merilis cetakan kedua buku itu.
Pihak percetakan mengungkapkan mereka membuat beberapa perubahan karena desakan pemerintah AS terkait isi buku yang bersifat rahasia. [ber/ant/hidayatullah.com]