Hidayatullah.com–Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh meminta pemilihan presiden dimajukan, mengabaikan unjuk rasa di negaranya yang meminta kemundurannya secepat mungkin.
Saleh yang diminta mundur, pada hari Jumat menjelaskan jika pemilihan yang dimajukan hanyalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kekacauan selama berbulan-bulan di Negara tersebut.
“Kami meminta pemilihan presiden dimajukan, untuk menghentikan pertumpahan darah dan untuk memelihara tradisi dan dalam tata cara yang demokratis dan halus,” ujar Saleh mengatakan di depan pendukungnya di ibukota, Sana’a.
Saleh, bagaimanapun, tidak memberikan jangka waktu mengenai rencana pemilihan umum ini secara mendetail. Ia juga tidak memberikan komentar mengenai transisi kekuasaan yang ditengahi oleh enam Negara Teluk, Gulf Cooperation Council yang ingin melihatnya meninggalkan kekuasaan sebagai balasan kekebalan hukumnya.
Tawaran Pemilihan Umum diajukan Saleh satu hari setelah pejabat dari partainya yang berkuasa, General People’s Congress dan pihak oposisi mengatakan setuju bertemu pada hari minggu.
Sebelumnya, bulan Maret Saleh juga menawarkan pemilihan Presiden yang diajukan pada akhir tahun ini namun idenya itu ditolak oleh kelompok oposisi.
Beberapa analis mengkhawatirkan penawaran ini sebagai tanda-tanda untuk meningkatkan tekanan publik, beberapa analis lainnya mengatakan ini merupakan manuver baru presiden untuk membuang waktu.
Sementara itu ratusan ribu pengunjuk rasa anti pemerintah tetap melakukan aksinya kembali di beberapa kota utama Yaman, setelah shalat Jumat, termasuk di Sana’a dan Taizz, yang meminta Saleh untuk mundur segera.
Menurut laporan setempat, sedikitnya 300 pengunjuk rasa tewas dan yang lainnya terluka selama bentrokan dengan polisi dan pasukan yang loyal terhadap Presiden Yaman yang diminta mundur ini sejak demonstrasi anti-Saleh dimulai.*