Hidayatullah.com—PBB mengkritik tentara Zionis Israel yang menggunakan kekuatan yang tidak perlu ketika menembaki demonstran pada Hari Nakba di sepanjang perbatasan Israel-Libanon, yang menyebabkan korban tewas, demikian laporan PBB.
Laporan itu dirilis oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon awal pekan ini dan diteruskan kepada 15 anggota Dewan Keamanan, yang kopinya juga diperoleh koran Haaretz.
Penyelidikan itu berfokus pada peristiwa tanggal 15 Mei, ketika ribuan pengungsi Palestina di Libanon berbaris di perbatasan Israel untuk menunjukkan massa berkabung atas pembentukan negara Yahudi, yang dikenal sebagai Nakba, atau “bencana.”
Pada saat pengunjuk rasa mencoba menaiki pagar, pasukan Zionis Israel melepaskan tembakan, menewaskan tujuh orang dan melukai 111, kata laporan itu, sebagaimana dimuat Al Arabiya, Rabu (6/7).
Empat orang juga tewas dan puluhan luka-luka di Suriah di sepanjang perbatasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Namun laporan, yang didasarkan investigasi pasukan penjaga perdamaian PBB di Libanon selatan (UNIFIL), hanya berfokus pada konfrontasi Libanon-Israel.
Laporan tersebut menemukan bahwa pasukan Israel “melepaskan tembakan langsung ke arah demonstran tak bersenjata”, dan mendesak tentara Zionis untuk menghindari melakukan hal semacam itu jika situasinya tidak ada ancaman langsung terhadap kehidupan.
“Selain menembakkan tembakan peringatan awal, tentara Israel tidak menggunakan metode pengendalian massa konvensional atau metode lain, selain tembakan mematikan terhadap para demonstran,” kata laporan itu.
Dalam kesimpulannya, Sekjen PBB mendesak militer Israel untuk bertindak dengan tingkat kekuatan sesuai dengan ancaman yang dihadapi pasukannya.
“Saya menyerukan kepada Pasukan Pertahanan Israel untuk menahan diri dari melakukan tembakan sasaran dalam situasi seperti itu, kecuali jika jelas diperlukan untuk membela diri,” tulisnya.
“Meskipun hak yang melekat setiap negara adalah pembelaan diri, ada kebutuhan untuk Pasukan Bersenjata Israel selalu menerapkan langkah-langkah operasional yang tepat, termasuk pengendalian yang terukur terhadap gerakan massa, yang sepadan dengan ancaman terhadap pasukan dan warga sipil,” lanjut laporan.
Haaretz mengatakan, pemerintah Israel marah terhadap koordinator khusus PBB untuk Libanon, Michael Williams, yang menulis laporan itu, dan Zionis Israel telah memutuskan hubungan dengan dia.
Kementerian luar negeri Israel tidak segera menanggapi permintaan untuk mengkonfirmasi rincian atas laporan itu.
Meskipun sebagian terbesar kritik ditujukan pada pasukan Israel, laporan itu sebagaimana biasa juga menyebutkan para demonstran Palestina telah memulai konfrontasi dan yang pertama menggunakan kekerasan.
Untuk menguatkan tuduhan itu, kubu politik kuat di Libanon, Hizbullah, dianggap terlibat dalam mengorganisasi demonstrasi.*