Hidayatullah.com–Partai Islam Tunisia An-Nahda memperingatkan rakyat akan kemungkinan manipulasi dalam pemilihan umum pertama yang demokratis pasca kejatuhan rezim Presiden Ben Ali.
“Ada bahaya di mana hasil pemilihan umum dimanipulasi,” kata pucuk pimpinan An-Nahda Rachid Ganouchi, Rabu (19/10/2011), dalam jumpa pers di Tunis.
“Jika terdapat manipulasi, maka kami akan brgabung dengan pasukan penjaga revolusi yang menggulingkan Ben Ali dan pemerintah (sementara) pertama. Kami siap untuk menggulingka hingga sepuluh pemerintahan, jika diperlukan,” kata Ganouchi.
Berdasarkan jajak pendapat, banyak rakyat Tunisia yang akan mendukung An-Nahda dalam pemilu hari Ahad besok (23/10/2011). Mereka mengharapkan partai Islam itu menang dalam pemilu parlemen, yang akan membuat konstitusi baru itu.
An-Nahda memperingatkan agar partai-partai politik lain tidak bersekutu untuk melakukan perlawanan terhadap mereka.
“Tujuan mereka adalah untuk menghancurkan kita,” katanya, dikutip Alarabiya. “Jika kelompok-kelompok kecil masuk ke dalam koalisi menentang An-Nahda ketika kami memenangi pemilu, maka dapat saya katakan bahwa itu akan membuyarkan demokrasi.”
Lebih lanjut Ganouchi mengatakan dalam pernyataannya, “Kami siap untuk memimpin pemerintahan persatuan nasional, jika rakyat Tunisia menaruh kepercayaannya kepada kami.”
Keikutseraan partai Islam selepas revolusi Tunisia dalam pemilihan umum menjadi bahan perdebatan hangat, karena berdasarkan konstitusi yang sekarang berlaku partai berasaskan agama tidak diperkenankan.
Sebagaimana diketahui, organisasi An-Nahda dilarang selama pemerintahan Ben Ali.*