Hidayatullah.com–Setelah empat hari saling menyerang dengan senjata api, kelompok pemberontak Libya dari Zawiyah dan suku Wershifanna menghentikan sementara pertempuran mereka lewat kesepakatan gencatan senjata. Demikian disampaikan kedua belah pihak.
Bentrokan bersenjata pecah pada hari Kamis lalu, karena memperebutkan sebuah pangkalan militer komponen kunci pertahanan rezim mendiang Muammar Qadhafi, di sepanjang jalan besar dari Tripoli menuju Tunisia.
“Pertempurannya sudah berhenti dan brigade dari Tripoli tidak melakukan serangan,” kata seorang tentara pemberontak dari Zawiyah, Senin (14/11/2011), dilansir Al Mishry Al Yaum.
Sekelompok orang bersuka-cita di jalan-jalan Wershifanna, nama kota yang diambil dari nama suku setempat yang berjarak beberapa mil dari pangkalan militer yang diperebutkan, pada hari Senin. Sebagian dari mereka tampak mengibar-kibarkan bendera Dewan Transisi Nasional, pemerintah berkuasa Libya saat ini.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Ketua Dewan Transisi Nasional, Musafa Abdul Jalil, menyalahkan para pemberontak yang tidak “bertanggungjawab” atas kekerasan yang terjadi. Ia mengaku turun langsung dalam upaya mendamaikan Zawiyah dan Wershifanna.
Meskipun Qadhafi telah meninggal, banyak dari pasukan pemberontak yang menolak untuk menyerahkan senjata mereka, kecuali setelah tentara nasional dibentuk.
Orang-orang suku Wershifanna marah dan berdemonstrasi di jalanan kota Tripoli pada hari Senin, setelah sebuah stasiun telelvisi lokal menuduh suku Mershifanna sebagai tempat penampungan para pendukung Qadhafi.*