Hidayatullah.com—Di saat warga Aceh berbondong-bondong mengulurkan tangan membantu pengungsi Rohingya yang tertindas, di Thailan justru menyebar sentiment anti Rohingya.
Dikutip Burma TIMES, Jumat (22/05/2015), hari-hari ini kalangan warga imigran di Thailand melewati hari-hari mereka dalam kegelisahan sebagai ledakan dari sentiman anti Rohingya di media sosial.
Sebelumnya, pemerintah Thailand tengah membahas rencana menetapkan pengungsi Rohingnya di tempat penampungan sementara atau ditempatkan dari kamp-kamp hutan, namun banyak warga Thailand menolak dan menjawabnya dengan kebencian.
Banyak yang mengatakan bahwa para pengungsi akan mengabaikan keramahan Thailand dan sebaliknya terlibat dalam kehidupan kriminal, demikian ditulis Burma Times.
Warga Thailand juga mencemaskan pertumbukan Muslim yang akan bertambah lebih cepat serta menjadi ledakan jumlah penduduk.
Banyak aktivis lokal menyatakan kekecewaannya dan rasa terkejut atas fenomena Xenofobia (ketidak sukaan pada orang asing) di Thailand.
Thailand merupakan salah satu titik transit utama bagi imigran yang putus asa untuk menyelinap ke Malaysia. Di kamp-kamp hutan Thailand Selatan, imigran disiksa hingga keluarga mereka setuju membayar uang tebusan. Banyak yang tewas atau mati kelaparan.
Sebelum ini, pemerintah Thailand bahkan mengeluarkan pernyataan cukup keras terkait rencananya hadirnya pengungsi Rohingya di negaranya. Mereka mengatakan, warga Rohingya tidak diinginkan kehadirannya di negara itu.
Pernyataan tersebut terlontar langsung dari bibir Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan Ocha. Dia beralasan negaranya tidak mampu menampung pengungsi Rohingya karena masalah biaya.
“Jika kami menampung mereka, lalu siapa lagi yang akan datang secara bebas ke negara kami,” ucap Prayuth seperti dikutip dari Yahoo News, Jumat (15/05/2015).
Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusian yang paling disorot dunia saat ini. Sebab Myanmar tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut sementara tetangganya juga beramai-ramai menolaknya pula.*